Jan Johannes van de Velde (1904-1989) |
Oleh: Jumardi Putra*
Jan Johannes van de Velde lahir di Teteringen pada 3
Desember 1904. Teteringen merupakan sebuah Desa di provinsi Brabant Utara,
bagian selatan negara Belanda. 27 Juli 1928, ia dipekerjakan sebagai pejabat
Dewan Nasional Hindia Belanda.
Setelah tinggal singkat di Kalimantan ia ditempatkan di
Aceh. Di sana dia dipromosikan menjadi calon inspektur. Pada 1935 ia menjadi
kontrolir di Seulimeum (Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh). Pada 1937 ia
dituntut dengan pengamatan hubungan Sekretariat Jenderal di Batavia, tetapi dua
tahun kemudian dia kembali ke Sumatra sebagai pengawas kelas 1 di mana dia
segera menjadi asisten residen. Paska penahanannya selama pendudukan Jepang, Van de Velde
mendapatkan pangkat sebagai residen lalu ditunjuk sebagai penasihat pemerintah
untuk urusan politik di Sumatera. Pada 24 Desember 1949 dia menjadi penasihat
umum untuk Perwakilan Tinggi Mahkota, melalui penunjukan yang hampir bertepatan
dengan penyerahan kedaulatan dari Hindia Belanda. Akibatnya, ia diberhentikan
dari Dinas Nasional tak lama kemudian.
Selama bertugas di Sumatra, Van de Velde cermat menulis
seputar kegiatan sehari-hari, peristiwa kemasyarakatan maupun pemerintahan di
tempatnya bertugas dan senantiasa ia kabarkan kepada orangtuanya, keluarga dan
instansi-instansi di Belanda. Seluruh Korespondensinya itu terhimpun dalam buku
Brieven uit Sumatra, 1928 – 1949 (Franeker, 1982).
Salah satu daerah di Sumatra yang senantiasa ia kabarkan kepada instansi di Belanda adalah Jambi. Berikut salah satu peristiwa politik dan kemasyarakatan yang dicatat van de Velde saat berada di Jambi, 3 Januari 1949:
“Dari radio dan surat kabar, kalian tentu sudah tahu bahwa aksi polisionil kedua sudah dimulai. Sekarang, Dewan Keamanan tentu akan memutuskan bahwa pasukan-pasukan kita harus kembali, dan itu, tidak mungkin, maka akan keluarlah sangsi-sangsi. Banyak tulisan dan kata-kata dari dunia luar tentang kekerasan bersenjata di pihak kita (red-Belanda), tapi, kekerasan bersenjata, yang sudah berbulan-bulan dilakukan republik atas orang-orang tak bersalah, kepala-kepala kampung dan sebagainya, tak pernah disebut-sebut dalam pers dunia. Direktur B.B (Pangreh Praja) telah menutup kantorku untuk urusan-urusan politik di Sumatra. Untuk sementara, aku mendapat tugas mengurus wilayah sekitar Jambi dengan pangkat T.B.A. (Territorial Bestuurs-Adviseur atau Penasehat Pemerintah Teritorial). Beberapa hari lagi, aku terbang ke sana. Aneh, bahwa Jambi yang, beritanya tahun-tahun terakhir ini, begitu banyak kudengar lewat orang-orang Jambi yang datang ke Singpaura, untuk minta bantuan Belanda”.
Van de Velde meninggal dunia pada 15 Maret 1989 dalam usia
84 tahun di Bilthoven, De Bilt, Utrecht, Belanda. Keberadaan Surat-surat yang ditulis van de
Velde sebagai wakil pemerintah Belanda yang ditugaskan di daerah jajahan tentu menjadi
sumber sejarah yang penting karena kedudukannya dipakai untuk urusan kerja atau
instansi secara resmi.
*Sumber acuan: Brieven uit Sumatra, 1928 – 1949 (Franeker,
1982). Edisi bahasa Indonesia buku ini diterbitkan Pustaka Azet, 1987.
Sedangkan mini biodatanya merujuk Nationaal Archief, Den Haag 1989.
0 Komentar