Presiden Soekarno ke Jambi (22 Juni1948) |
Oleh: Jumardi Putra*
Presiden Soekarno pertama kali ke Jambi pada Juni 22 Juni 1948 setelah sebelumnya menyinggahi Bukittinggi dan Pekanbaru. Masa itu perjuangan rakyat di seantero negeri kian memuncak akibat agresi militer Belanda pertama.
Kehadiran Bung Karno saat itu disambut meriah dalam bentuk unjuk kekuatan (show of force) pasukan TNI Sub Teritorium Djambi (STD) dengan persenjataan antara lain Anti Air Craft (AAC) dan senapan mesin berat 12,7. Momen bersejarah tersebut juga diikuti oleh pasukan Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), pasukan polisi RI, dua peleton Kesatuan Tentara Pelajar, organisasi-organisasi pejuang, palang merah dan organisasi wanita.
Saat yang sama, Bung Karno menerima dana hasil pengumpulan dari rakyat Jambi untuk pembelian pesawat Dakota dengan kode nomor RI 002. Terhadap bantuan rakyat Jambi itu Soekarno berkata, “Djambi adalah satu Daerah Republik Indonesia jang teristimewa jang daerahnja aman dan makmur dan ekonominja berdjalan dengan baik dan satu daerah pula jang dapat mengexport hasil buminja (karet) dan mengimport barang-barang dari luar negeri".
Aksi pengumpulan dana masa itu memanglah masuk akal untuk memenuhi perlengkapan Negara dalam mempertahankan kedaulatan dari cengkraman kolonial yakni salah satunya membeli empat Dakota.
Masa itu empat Dakota seharga 1500 ton getah kering dari pohon karet. Maka, untuk memenuhi pengumpulan dana tersebut, ada dua skema yang diterapkan masa itu. Pertama, Menarik 5 persen dari hasil penjadapan getah, dan hasil pertanian yang berkesesuaian dengan jumlah getah yang ditetapkan di Kewedanan yang tidak menghasilkan getah.
Kedua, pertama kali untuk pembeli sebagian dari jumlah 4 Dakota pemerintah Daerah Jambi dapat meminjam dari saudagar-saudagar di kota Djambi sejumlah $120.000 dengan cara menarik 30 persen dari jumlah harga barang-barang yang dikeluarkan. Jumlah ini mesti telah tersedia sebelum bulan Agustus tahun 1948. 50 persen dari jumlah harga 4 Dakota dipandang sebagai bakti. 50 persen dari djumlah harga 4 Dakota dipandang sebagai andeel.
Berselang 14 tahun setelahnya (tahun 1962), agresi militer Belanda masih terjadi di berbagai daerah di tanah air Indonesia. Lagi-lagi Soekarno kembali mendatangi Jambi pada 11 April 1962.
Penyambutan Bung Karno untuk kali kedua berbeda bila dibandingkan 1948. Putra sang Fajar itu disambut kaum pemuda secara adat, penyerahan cinderamata dari warga, ramah tamah bersama pemuka Keresidenan Jambi dan beberapa aktivitas lain bersama kelompok warga.
Perbedaan itu menandai situasi pemerintah RI dalam posisi di bawah tekanan kolonial Belanda dan membutuhkan dukungan penuh dan merata dari seluruh rakyat Indonesia. Dalam dua kedatangan itu, Bung Karno tetaplah sosok yang karismatik sekaligus jadi pemersatu. Rakyat Jambi di hadapan Presiden Soekarno menegaskan kesetiaaan di garis perjuangan Republik Indonesia.
Berselang lima bulan setelahnya, tepatnya 6 November 1948 giliran Wakil Presiden RI, Mohd Hatta, tiba di Jambi. Selain menyemangati rakyat Jambi untuk terus berjuang melawan Belanda, menyampaikan kemungkinan-kemungkinan merebut kedaulatan pemerintahan RI dari tangan Belanda melalui jalur diplomasi internasional yang dinahkodai oleh Bung Syahrir dan H. Agus Salim, Mohd Hatta mengharapkan agar rakyat Jambi memberikan bantuan uang sebesar 380.000 strait dollar (singapura). Bantuan tersebut diserahkan oleh Kolonel Abunjani kepada Mohd Hatta sebelum dirinya meninggalkan Jambi.
*Tulisan ini pernah terbit di Detik.com: https://www.detik.com/sumut/budaya/d-6112310/jejak-bung-karno-di-jambi-kumpul-hasil-patungan-rakyat-untuk-beli-pesawat-dakota
0 Komentar