ilustrasi |
Oleh: Jumardi Putra*
Berdasarkan laporan indeks pembangunan manusia (IPM) di ASEAN dan tiga negara lain pada tahun 2005, Indonesia menempati peringkat Human Development Index (HDI) ke 110 dari 175 negara.
Secara spesifik, usia
harapan hidup penduduk 66,8 tahun, tingkat melek huruf penduduk dewasa 87, 9%,
rasio GE 66% dan GDP per kapita USD 3, 361. Ini menunjukkan sumber daya manusia Indonesia masih jauh tertinggal dari
negara-negara ASEA lainnya (Hal. 78-79).
Kondisi demikian merupakan kabar yang mengejutkan sekaligus alarm bagi kita bahwa
pengembangan sumber daya manusia merupakan prioritas utama yang tidak bisa dilihat sebelah mata.
Saat bersamaan, kondisi di atas juga akibat dari sistem politik serta ekonomi di
republik ini, karena telah menjadikannya sebagai panglima, yang mengesampingkan perbaikan kualitas sumber daya manusia, yang pada
kenyataannya telah menimbulkan berbagai problem sosial dan kesenjangan dewasa ini.
Pusaran Globalisasi
Globalisasi
telah membawa dunia saat ini maupun akan datang berlari kencang. Dalam istilah
Antoni Giddens, dunia sedang berada dalam situasi run-away. Kenyataan tersebut berhadapan pada empat tantangan.
Pertama,
perubahan yang sangat cepat dan sulit diperkirakan. Kedua, kebaruan segala
sesuatu yang sangat cepat. Ketiga, kemungkinan kesesatan dalam kehidupan
manusia sehari-hari, dan keempat, kenyataan ini jelas sangat memengaruhi
kehidupan pada saat ini dan masa yang akan datang.
Menurut penulis buku
ini, globalisasi dimaknai sebuah dunia dalam satu ruang tunggal dan
mengintensifkan kesadaran dunia sebagai kesatuan. Manusia dituntut ikhlas memasuki beragam jaringan sistem dunia, seperti jaringan sistem
budaya, sistem ekonomi, sistem pasar, sistem komunikasi, dan sistem
pengetahuan.
Bilamana kita
memiliki kemampuan untuk mengarungi globalisasi dengan baik, tak jadi
persoalan, namun bila tidak, kita akan mengalami
kekagetan (shock) yang berujung pada stag atau disorientasi. Oleh karena itu,
pengembangan sumber daya manusia saat
ini sebuah keniscayaan diletakkan dalam konstelasi global.
Dalam buku ini
dapat kita ketahui, peran institusi pendidikan sangatlah diperlukan dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, yang tidak saja secara individual,
tetapi juga satua sosial.
Pengembangan sumber daya manusia dari perspektif pendidikan bermula dari kondisi kualitas sumber daya manusia yang masih rendah. Problem rendahnya kualitas manusia menjadi fokus kajian pengembangan sumber daya manusia.
Dalam hal ini,
terdapat empat hal yang harus diperhatikan pada era globalisasi untuk bidang pendidikan. Pertama,
kehidupan sudah sangat terbuka dan membentuk jaringan kerja sedemikian rupa
dalam sistem dunia. Tidak hanya siap berkompetisi, tetapi juga bersanding.
Kedua, mutu kompetensi yang berisi pengetahuan, kecakapan hidup, dan nilai
menjadi hal penting.
Tanpa kompetensi
tertentu yang memadai bagi kehidupan global, seseorang tidak memiliki tempat
berpijak. Ketiga, kompetensi multidisipliner sebagai instrumen untuk berkiprah
dalam pusaran kehidupan global, dan keempat, menanamkan sikap belajar secara
berkesinambungan, peka terhadap perubahan, dan berkepribadian mandiri.
Buku ini
sangat relevan untuk dipelajari dan dikembangkan bagi para pemangku
kebijakan, cendekiawan, pemerhati sosial, dan mahasiswa, guna meningkatkan
kualitas sumber daya manusia baik
melalui pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan aspek kehidupan lainnya.
Namun, buku ini tentu masih jauh dari kesempurnaan, pasalnya, penulis banyak
mengutip karya-karya pengarang lain untuk sekedar memperkenalkan teori,
pendekatan, dan strategi yang berkaitan dengan
pengembangan sumber daya manusia, sehinga kita belum menemukan implementasi
gagasan tersebut dalam ranah pendidikan nasional kita.
*Penulis meresensi buku berjudul Pengembangan Sumber Daya Manusia (Pendidikan Strategis dan Pendidikan). Penulis DR. Yoyon Suryono. Penerbit Gama Media. Cet: Maret, 2008.
0 Komentar