ilustrasi |
Oleh: Jumardi Putra*
Masing-masing kita mengenal satu sama lain dan makin akrab. Kuliah berlangsung hangat. Satu per satu menunjukkan kepiawaian dalam berdebat.
Sebut saja, Arie Wijayanti dengan segudang pengalamannya sebagai Guru di sebuah sekolah menengah atas (SMA) di Kota Sarolangun. Dunia sekolah ia bentangkan dengan bahasa yang sederhana, disampaikan dengan emosi yang terjaga, dan gerak tangan yang seolah ingin menunjukkan bahwa optimisme tidak boleh kalah, meski realitas bangku sekolah acapkali mengajak untuk sebaliknya. Ashiiiappsss.
Pak Syupawal lain lagi, karena seorang ustadz, ia kerap menyisipkan pesan-pesan “langit” (untuk menyebut ayat-ayat al-quran) dalam debat. Olehnya suasana kelas menjadi lebih sejuk, meski saat yang sama ia juga pintar melawak sehingga membuat yang lain mengulum tawa, dan puncaknya sebagian dari kami dibuat terbahak-bahak. Satu lagi, untuk permasalahan jodoh, rizki dan kejiwaan ia juga kuncennya. Saya jamin, beliau tidak saja memberikan jalan keluar bagi mereka yang diterpa soal ketiga hal itu tadi, tapi juga bingkisan untuk dibawa pulang (minimal pempek Slamet). hehehe
Tidak kalah heroiknya pak Mad Amin. Meski terkadang penuh letupan emosi, argumentasinya sepadan dengan umur dan asam garam pengalaman. Singkatnya, bila pak Mad Amin mengacungkan tangan itu tandanya 'perang' segera terjadi (maksudnya perang melawan kebodohan.hehehe)
Lain pak Mad Amin, lain pula saudara Eko, guru idaman dari kota Sengeti, Muarojambi. Meski dengan suara datar dan pelan, ia tetap menyembulkan pesona seorang muda yang kritis (bahkan kritis terhadap kepala sekolahnya sendiri). Ia tipikal pribadi yang optimis, meski sepanjang kuliah ia tergolong sering terlambat masuk kelas (jangan ditiru ya...hehehe). Tapi tunggu dulu, keterlambatan itu bukanlah sebuah kesengajaan, melainkan lebih pada soal teritori yaitu jarak Muarojambi, genah ia tinggal, ke arah Kampus Pasar. Begitu ya bro?
Adakah yang lain, yang tak kalah unik?
Ya, ia bernama Ningsih. Wanita bertubuh mungil ini dikenal lincah, gesit dan sekaligus juru ketik surat izin kuliah teman-temannya bila berhalangan. Oh ya, ia jago bikin power point. Dalam diskusi, ia terbilang memiliki gaya khas, yang tidak dimiliki mahasiswa pascasarjana lainnya, yaitu menggebu-gebu dalam menyampaikan pendapat, seolah begitu banyak yang ingin disampaikan dalam waktu yang relatif singkat. Tak hanya itu, ia rajin mengingatkan masing-masing karibnya yang mendapatkan giliran tugas membuat makalah dan presentasi. Pribadi teladan. Tepuk tangan untuk Ningsih! hehehe
Lain Ningsih, lain pula Nopianti. Ia tergolong pribadi pendiam, tapi belakangan ia seolah menemukan momentum bahwa keterus-terangan dalam pencarian pengetahuan itu amat penting dan menentukan masa depan. Tak syak, saban diskusi ia hampir tak pernah absen bertanya dan menyanggah, apalagi soal keuangan sekolah (hehehe). Karena itu, oleh teman-temannya ia dijuluki “Bu Bendara”. Cuma kepadanya saya katakan bila ada turahan alias sisa dari Dana BOS, bolehlah ajak kita-kita ke warung makan siap saji. hahahaha
Bagaimana Anita Nirmala? Oh ya, perempuan satu ini terbilang irit bicara. Bila menyampaikan pendapat gerak tangannya khas sekali. Terkadang gerak tangan lebih cepat dari suara (itu menurut pak Syupawal loh ya..hehehe). Oh ya, hampir lupa, dia punya tongsis yang kerap digunakan teman-temannya untuk mengabadikan photo bersama dosen. Satu lagi, jangan lupa, Nita, bila dirimu benar-benar jadi berangkat ke Filipina. Tongsismu harus dibawa. Apa sebab? Maklum, kalau ada di antara teman-teman yang keletihan, tongsismu bisa jadi tongkat penyanggah. hehehe
Nah, yang tidak boleh terlewatkan. Seorang muda yang bernama lengkap Samsudin Siregar, akrab dipanggil Shem. Menurut ramalan Kanjeng Dimas Antah Barantah, ia bakal menjadi penghuni Senayan (apakah sebagai Anggota DPRD atau profesi lain belum diketahui pasti. Yang jelas menghuni senayan). Apa indikatornya? Bila bicara masa depan republik ini, terutama tentang kaum muda, ia selalu di garda terdepan. Ia selalu gelisah melihat praktik politik di negeri ini. Karena itu menurut kabar burung, ia memilih bergabung di Liga Mahasiswa Nasdem. Oh ya, ia juga menjabat sekretaris Pusat Studi Kebijakan Pendidikan Lo..(Waw. Keren!). Tidak berhenti sampai di situ, kebiasaannya yang mesti diketahui oleh teman-temannya adalah ia selalu memastikan infokus dan absen kehadiran untuk kelas C MMP4 di muka setiap perkuliahan. Terima kasih Bung!
Nah, pria khas berikut ini juga patut mendapat tempat. Beliau adalah pak Nafrial. Ia seorang kepala sekolah di salah satu pendidikan menengah pertama di Sarolangun. Bapak ini khas, tidak saja dalam bertutur kata (suara penuh tekanan/intonasi), gerak unik tangan dalam berbedat, tetapi yang penting dicatat, kesungguhannya memilih kembali belajar di MMP4, meski secara umur maupun jabatan (mungkin) tak perlu lagi kuliah. Adakah yang lain? Gosip punya gosip, ia lihai berbahasa Inggris. Mantap!.
Oh ya, bagaimana Dery Mulia Puteri? Perempuan berkacamata ini tidak saja mahir berbahasa inggris, gemar selfie laiknya teman-teman perempuan MMP4 lainnya, lembut dalam menyampaikan pendapat, tetapi asisten Dekan di Forkes Universitas Jambi itu juga menaruh perhatian pada isu stres dalam pembelajaran bahasa Inggris di sekolah-sekolah. Tidak kalah penting, ia juga dimandatkan oleh teman-temannya sebagai pengumpul biaya kopian buku kuliah di toko milik pak Mad Amin. Ayo yang belum bayar, segera lunasi..hehehe.
Masih ada sahabat kita Bro Nopriyal Admi, sang kontraktor muda. Ia selalu tampil kalem dan elegan. Tidak banyak bersuara alias seperlunya. Namun belakangan ia mengakui, karena berlatar belakang jurusan pendidikan olahraga, ia membutuhkan waktu (on going process) untuk mengasah ketajaman dalam menghasilkan gol baik kandang maupun tandang...(kok malah ngobrolin sepak bola). Maksud saya, ia mulai menikmati diskursus pendidikan yang berlangsung di MMP4 selama ini. Bravo dan salam olahraga!
Tak lengkap bila tidak menyebut saudari Eka Septiarini. Perempuan satu ini tergolong aktif dalam debat. Hampir jarang untuk tidak bertanya maupun menjawab. Selain itu, ia bendahara yang bertugas memastikan apakah iuran bulanan macet atau lancar, dan sekaligus meramal apakah ke Filipina itu kenyataan atau utopia? Kalo dak kuat ke Filipina, kito ke Tangkuban Perahu bae. Belajar tentang Manajemen Cinta Sangkuriang. hehehehe.
Terakhir, ini yang fenomenal, seorang anak muda bernama Ihsan Maulana Putra. Belakangan ini menjadi viral di WA MMP4. Ia vokal. Tidak saja rajin bertanya, tapi juga menyanggah, apalagi mengenai topik kepemimpinan politik, birokrasi, dan problematika dunia guru dan sekolah. Tetapi tunggu dulu, masih ada yang luar biasa dari pria yang kerap berpakaian rapi ini yaitu ia gemar mengumandangkan azan Magrib di Masjid Kampus. Nah, kalo ado yang idak pecayo, saya saksinyo. hehehe
Ngomongin bro Ihsan ini, memang dari gestur tubuh dan pembawaannya, ia serius menempuh jalur politik praktis melalui partai Gerindra. Semoga tercapai niatmu, Bro. Semoga dirimu menemukan tuah dan tetap bersetia pada amanat reformasi yakni mewujudkan keadilan dan kesejahteraan untuk rakyat semesta.
Demikian. Selesai sudah. Semua unik. Semua menggembirakan. Semoga masing-masing kita senantiasa dalam keadaan sehat, murah rizki, dan dimudahkan dalam segala urusan. Amin.
*Catatan ini dibuat sebagai apresiasi sekaligus kenangan semasa kuliah di Magister Manajemen Pendidikan, Pascasarjana Universitas Jambi, pada tanggal 2 Juni 2017. Mungkin ada gunanya.
0 Komentar