sumber foto: www.indiaculture.nic.in |
Oleh: Jumardi Putra*
Rabu, 11 Agustus 2021, sekira pukul 15.10 WIB, usai mengunjungi bangunan bersejarah Rumah Batu peninggalan Sayyid Idrus Hasan Al-Jufri atau yang familiar disebut Pangeran Wiro Kusumo di jalan KH. Abdul Qodir Ibrahim RT. 02, saya singgah sejenak di laman Rumah Batik Azmiah (RBA) di Jl. KH. Hasan Anang. Keduanya berlokasi di Kecamatan Danau Teluk, seberang Kota Jambi.
Saya sempat bercakap-cakap dengan Dita Khoirunnisa, putri dari mendiang Bu Azmiah, salah satu pelestari batik Jambi. Batik Azmiah tidak asing lagi bagi publik Jambi atau mereka yang sengaja datang dari luar daerah ingin membeli batik tulis Jambi.
Batik tulis karya Bu Azmiah selain telah ikut serta dalam pelbagai pameran batik tingkat nasional dan internasional, juga kerap menjadi langganan para pejabat nasional bila berkunjung ke Kota Jambi. Kecintaan Azmiah binti Jancik pada batik tumbuh secara alami berkat didikan ibundanya yaitu Asmah binti M.Aziz sejak akhir tahun 1960-an.
Menyinggahi kediaman Batik Azmiah ini mengingatkan saya pada sosok Fiona Kerlogue. Sontak ketika saya menyebut nama Fiona Kerlogue Dita langsung menyambut. Ia masih mengenali perempuan kelahiran Sussex, Inggris, yang dulu pernah tinggal di Jambi pada tahun 1989 sampai 1991. Dalam tahun itu Fiona meneliti batik Jambi sekaligus sempat mengajar di Universitas Jambi. Fiona sempat membeli batik buatan Azmiah untuk dijadikan koleksi Museum Horniman di Inggris.
Ketertarikan Fiona pada Jambi lebih karena minatnya yang tinggi terhadap batik serta sejarah dan budaya material yang melingkupinya. Ingatan saya tertuju pada sebuah diskusi yang ditaja Dewan Kesenian Jambi dengan tajuk revitalisasi budaya lokal Jambi pada Rabu, 18 Januari 2012, bertempat di aula Dinas Pendidikan Provinsi Jambi.
Diksusi Budaya Dewan Kesenian Jambi, 2012. Dok. JP. |
Hadir ketika itu sebagai pembicara yaitu Fiona Kerlogue (Horniman, Inggris), Jonathan Zilberg (University of Illinois at Urbana- Champaign, USA), Maizar Karim dan Bambang Hariyadi (Universitas Jambi), dan Suaidi Asy’ari (UIN STS Jambi). Masih segar dalam ingatan saya, ketika itu Fiona mengatakan kegemilangan Jambi harus dilihat dimulai dari hulunya (untuk menyebut sedari fase Melayu kuno Budhis sampai sekarang dengan segala pernak-perniknya).
Usai kegiatan itu, saya bersama redaksi jurnal Seloko menemani Fiona Kerlogue dan Jonathan Zilberg menyusuri Batanghari menggunakan ketek menuju dermaga kawasan Percandian Muarojambi dari arah Tanggorajo, laman depan Rumah Dinas Gubernur Jambi (Kini dikenal kawasan Jembatan Gentala Arasy).
Tidak cukup menikmati kawasan Candi Gumpung dan sekitarnya kami melanjutkan perjalanan menyeberangi sungai Batanghari menuju situs Kemingking, situs yang berada tepat di terminal-timbunan batubara (stockpile).
Betapa tidak, baik Jonathan maupun Fiona terperangah melihat keberadaan stockpile di antara situs cagar budaya tersebut lantaran pengeroposan bangunan candi dan menapo akan terus berlangsung selama industri masih beroperasi di sekitar situs. Ringkasnya, keberadaan stockpile di situ mengancam kelestarian situs cagar budaya.
Berselang setahun setelahnya, Fiona kembali berkunjung ke Jambi. Kehadirannya ke Jambi mengikuti konferensi internasional bertajuk History, Art and Culture, Religion and Social Change yang ditaja Jurnal Seloko, Dewan Kesenian Jambi bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi. Perhelatan ilmiah tersebut berlangsung selama tiga hari (21-23 November 2013) di Novita Hotel, Kota Jambi.
Fiona di kantor Dewan Kesenian Jambi, 2012. Dok. JP. |
Fiona Kerlogue merupakan salah satu dari 38 pemakalah lainnya baik dari dalam maupun luar negeri yang membentangkan makalahnya di forum tersebut. Umumnya mereka yang mengikuti konferensi ini adalah mereka yang menekuni bidang kajian beragam, sebut saja seperti sejarah, antropologi, hukum, arkeologi, filologi, sastra, batik, etnomusikologi, tari, seni rupa, arsitektur, pariwisata, agama, dan agrikultur (Lebih lanjut bisa dibaca di sini: Urgensi Konferensi Internasional Studi Jambi).
Siapa Fiona Kerlogue dan kaitannya dengan Jambi?
Fiona Kerlogue merupakan peneliti independen, dosen dan penulis yang mengkhususkan diri di Asia Tenggara. Ia pernah mengajar di Amerika Serikat, Indonesia, Malaysia, India dan Siberia serta di beberapa negara Eropa.
Tahun 2001 sampai 2018 Fiona Kerlogue bekerja di Horniman Museum di London, Inggris, sebagai kurator koleksi-koleksi Asia dan Eropa. Ia menyelesaikan pendidikan doktor di bidang antropologi di University of Hull pada 1997 dengan menulis disertasi berjudul “Batik Cloths from Jambi, Sumatra” di mana Kerlogue juga menguraikan kaitan antara batik Jambi dan seni kaligrafi Arab.
Selain disertasi tersebut yang menegaskan posisinya secara akademis sebagai antropolog teruji dalam studi batik Jambi, bukunya yang berjudul Scattered Flowers, adalah buku pertamanya tentang batik Jambi yang diterbitkan Universitas Hull pada tahun 1996 atau terbit setahun sebelum ia merampungkan jenjang pendidikan doktoral.
Buku Scattered Flowers itu saya ketahui pertama kali saat mewawancarai Datul Zainul Bahri, salah satu pelestari batik tulis Jambi. Darinya pula saya berkesempatan mengkopikannya. Maklum, kehendak saya membeli buku asli tersebut terbentur selain karena biaya, juga sulit mendapatkannya (Tulisan saya tentang Zainul Bahri bisa dibaca di sini: Kerja Sunyi Datuk Zainul Bahri).
Buku pertama Fiona tentang batik Jambi (1996) |
Penelitian Fiona seputar batik dan tekstil menjangkau wilayah Kamboja, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Fiona juga telah menguratori pameran dan melakukan kunjungan studi ke Rumania, India, Jepang dan China. Ia juga beberapa kali membuat film di Siprus, Rumania, Bali, Sumatra, Isan dan Arimatsu (Jepang).
Di Indonesia sendiri, wilayah kajian Fiona Kerlogue merambah ke beberapa daerah di wilayah Indonesia, salah satunya Jambi. Tidak cukup mengamati batik Jambi, Kerlogue meluaskan perhatiannya mempelajari jenis batik Jambi yang lain, yaitu sulaman benang emas. Bahkan, Kerlogue juga meneliti motif hias pada rumah adat Jambi dan tradisi kuliner khas Jambi. Kajian Fiona soal ini dapat dibaca dalam makalahnya yang berjudul Sulaman Benang Emas: An Embroidary Tradition from Central Sumatra, yang disampaikannya dalam sebuah seminar di Museum Nasional Jakarta pada tahun 2007.
Bagi tuan dan puan yang ingin mengetahui lebih lanjut karya tulis Fiona Kerlogue baik secara pribadi, tulisan bersama dan atau sebagai editor buku tentang batik (termaksuk batik Jambi) serta keikutsertaannya menyampaikan paper dalam pelbagai konferensi, sila kunjungi kanal pribadinya berikut ini: https://www.fionakerlogue.com.
Salam.
0 Komentar