Danau Sipin di ambang senja. Dok. JP |
Oleh: Jumardi Putra*
Piknik kami akhir pekan ini mengunjungi destinasi wisata Danau Sipin yang berlokasi di Simpang Buluran Kenali, Kecamatan Telanaipura, dan berjarak 4 kilometer dari pusat Tanah Pilih Pusako Betuah, Kota Jambi.
Jarak tempuh dari tempat tinggal kami ke lokasi wisata ini tidak lebih dari 25 menitan. Patokan paling mudah bagi tuan dan puan yang ingin ke lokasi wisata ini yaitu berada tepat di belakang komplek perkantoran Gubernur Jambi.
Ini bukan kali pertama bagi kami sekeluarga ke Danau berbentuk oval dan melengkung dengan Pulau Pandan di tengahnya. Bila tidak bersama keluarga, acapkali saya dengan kawan-kawan sekadar diskusi kecil sambil minum kopi atau teh, menyantap seporsi kentang goreng dan beberapa potong roti. Selebihnya kami menyaksikan nelayan memeriksa ikan di keramba serta beberapa pengunjung lagi asyik mengabadikan momen bersama di jembatan cinta.
Bagai oase, menyaksikan Danau Sipin dari dekat boleh dikata mengumpulkan energi usai menunaikan tugas-tugas kantor yang melelahkan, lebih-lebih dalam masa pagebluk corona sekarang ini.
Sebuah anugerah bagi kota Jambi karena memiliki danau di tengah-tengah pusat kota. Tidak banyak kabupaten/kota di tanah air memiliki destinasi wisata semacam ini. Belum lagi di tengah-tengah danau Sipin terdapat beberapa keramba ikan yang telah lama dibuat oleh para nelayan. Ikan-ikan yang dibudidayakan pun bermacam-macam, semuanya berjenis ikan air tawar seperti mujahir, nila mas dan lain lain.
Saya berharap kepada pemerintah Kota Jambi, keberadaan keramba, tangkul (alat tangkap ikan tradisional) dan para nelayan tidak dinilai sebagai faktor penghambat pengembangan wisata, melainkan unsur pendukung agar orang-orang berduyun-duyun mengisi liburannya ke Danau Sipin sekaligus mengenal kembali kearifan lokal Jambi. Dengan kata lain, baik nelayan atau pun masyarakat di sekitar Danau Sipin adalah pihak pertama yang mesti merasakan manfaat dari destinasi wisata baru ini.
Danau Sipin sore hari. Dok. JP |
Danau Sipin adalah sebuah danau alami. Sumber air danau ini berasal dari Sungai Batanghari, sungai legendaris dan terpanjang di Pulau Sumatra. Tersebab sejarahnya yang gemilang di masa lalu, melalui serangkaian kunjungan ke lokasi-lokasi bersejarah maupun membaca literatur sejarah dan budaya yang relevan, saya terinspirasi menggubahnya ke dalam sebuah kitab puisi berjudul Ziarah Batanghari, yang terbit di Yogyakarta hampir delapan tahun yang lalu.
Warga Jambi kerap menyebut Danau Sipin dengan Solok Sipin. Sebutan itu agaknya berkait erat dengan situs Solok Sipin yang berada tidak jauh dari danau ini. Hanya saja namanya kalah tenar bila dibandingkan dengan kawasan Percandian Muarojambi, meski tidak bisa disangkal antar keduanya saling berkelindan.
Situs Solok Sipin berada tepat di Lorong kecil di Jalan Slamet Riyadi Broni atau di Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Legok, Kota Jambi. Candi Soloksipin Jambi diperkirakan berasal dari periode klasik Hindu-Budha.
Tahun 2013 saya sempat menemani arkeolog Jonathan Zilberg ke lokasi situs ini. Jonathan dibuat terperangah melihat kondisi terkini situs ini lantaran hanya tinggal puing-puing berupa pondasi batu bata bangunan. Benar adanya bahwa tinggalan situs Solok Sipin ini telah lama berada di bawah timbunan rumah-rumah warga.
Pada Candi Solok Sipin terdapat Archa Budha yang terbuat dari batu pasiran (Sand Stone) setinggi 1,72 meter yang digambarkan dalam posisi berdiri memakai jubah. Lalu di situs ini juga ditemukan 2 buah makara, lapik dan stupa. Baik archa maupun makara saat ini tersimpan di Museum Nasional Jakarta, sementara lapik dan stupa tersimpan di Museum Negeri Jambi (kini museum Siginjei). Khusus ukuran batubata Solok Sipin lebih besar satu hasta dibandingkan dengan batubata yang terdapat di Candi Muarojambi.
Melihat dari dekat Danau Sipin tidak sebatas pada tinggalan cagar budaya seperti Situs Solok Sipin itu tadi, tapi juga potensi alam (natural resource), budaya (culture resource), maupun rekaan manusia (man made resource), yang memberi corak baru bagi pertumbuhan ekonomi berbasis wisata kota Jambi beberapa tahun terakhir ini dan ke depannya.
Memang, tersebab penataan destinasi wisata Danau Sipin baru berjalan hampir empat tahun ini, sehingga optimalisasi ketiga potensi tersebut belum menunjukkan hasil yang siginifikan, apatahlagi sedari Maret 2019 sampai sekarang pemerintah provinsi Jambi dan daerah-daerah lain di Indonesia disibukkan mengatasi penyebaran virus corona. Saat yang sama, efek domino dari corona membuat sektor pariwsata berjalan lesu.
Danau Sipin. Dok. JP |
Meski belumlah ideal, Danau Sipin sudah memiliki berbagai fasilitas pendukung, sebut saja seperti lahan parkir, turap (tanggul pengaman), panjat tebing, jogging track (arena olahraga jalan kaki), dan keberadaan penjaja makanan ringan dan aneka minuman dingin yang bisa dinikmati para pengunjung sambil memandang perairan Danau Sipin yang tenang. Saya juga melihat beberapa fasilitas lainnya yang belum berfungsi dan sebagian lainnya masih dalam tahap pengerjaan.
Bagi tuan dan puan yang benar-benar ingin merasakan semilir angin dan gemericik air danau yang tenang, tersedia fasilitas penyewaan perahu dan juga fasilitas pemancingan. Penyewaan perahu cukup membayar Rp5.000 per orang yang bisa menampung maksimal 4 orang tiap perahu. Atau menaiki perahu ketek lengkap dengan rumah hiasan dan bentuk yang unik, yang bisa menampung 10-12 orang, dengan membayar Rp10.000 per orang.
Saat menaiki perahu atau ketek itulah, eksotisme danau Sipin begitu terasa. Apatahlagi jika momen yang demikian itu berlangsung sore hari hingga ambang senja. Tidak heran bila pengunjung menandai keistimewaan Danau Sipin adalah justru saat melihat pesona matahari pulang ke peraduannya.
Selain menyaksikan matahari terbenam, pengunjung juga dimanjakan pemandangan di tepi Danau. Di seberang kanan pengunjung masih bisa menjumpai rumah-rumah panggung warga, sedangkan di kiri danau masih tampak pohon-pohon besar dengan dedaunan rindang, makam raja-raja, dan anak-anak tengah asyik bermain di tepian danau.
Penghijauan di sepanjang Danau Sipin masih perlu menjadi fokus ke depan. Sejurus hal itu, promosi besar-besaran melalui pencitraan tidak lagi diperlukan karena hal itu dengan sendirinya bisa dilakukan oleh pengunjung melalui beragam kanal interaktif yang tersedia. Justru yang penting bagi pemerintah provinsi dan kota Jambi lakukan yaitu mengalokasikan dana sektor pariwisata untuk pengembangan infrastruktur penunjang pariwisata dan pengembangan SDM melalui pendidikan formal, vokasi, dan pelatihan-pelatihan dengan tetap berakar kuat pada sejarah dan budaya yang tumbuh dan berkembang di Tanah Pilih Pusako Betuah Kota Jambi. Semoga.
*Kota Jambi, Minggu, 10 Oktober 2021. Tulisan ini terbit pertama kali di portal kajanglako.com
0 Komentar