Klenteng Hua Leng Keng. Dok. JP |
Jambi adalah
daerah majemuk. Salah satu simbol kemajemukan itu ditandai keberadaan beberapa
klenteng tua di Kota Jambi. Sekalipun berada di antara mayoritas umat
muslim hubungan antara warga lintas iman berlangsung baik.
Hingga saat
ini mungkin warga Jambi lebih mengenal klenteng Hok Tek yang berlokasi di
Jalan Husni Thamrin, Kelurahan Beringin, Kecamatan Pasar, Kota Jambi. Rumah
ibadah umat Konghucu itu dibangun pada tahun 1864. Dalam banyak tulisan maupun
informasi mengenai sejarah Hok Tek disebutkan sebagai klenteng tertua di Kota
Jambi.
Tidak hanya
itu, klenteng Hok Tek juga telah ditetapkan sebagai situs cagar budaya yang
dilindungi oleh Undang-undang. Hanya saja sejak tahun 1984 kelenteng Hok Tek
tidak lagi berfungsi sebagai tempat ritual lantaran bangunannya tidak
lagi cukup menampung umat yang jumlahnya terus bertambah.
Klenteng Hok Tek |
Selain Hok Tek, ada juga klenteng tua di Kota Jambi yaitu Hoa Leng Keng yang didirikan sekitar tahun 1904. Kelenteng Hoa Leng Keng ini berlokasi di Kelurahan Legok, Kecamatan Danau Sipin, Kota Jambi. Lantaran lokasi klenteng ini terpencil dan berada di tengah perkebunan masyarakat membuatnya tidak banyak diketahui publik.
Medio Juli
tahun 2018, usai mengunjungi makam-makam tua di sepanjang danau Sipin, saya
bersama pemerhati sejarah, Bung Wiwin Eko Santoso, melawat ke klenteng Hoa
Leng Keng.
Berkat kebaikan Datuk Zainul Bahri, sosok yang dikenal sebagai pemerhati sekaligus pelaku batik tradisional Jambi, kami dipertemukan dengan pak Lugie, penjaga klenteng Hoa Leng Keng. Selain rumah Datuk Zainul tidak jauh dari lokasi klenteng, beliau juga mengenal warga di sekitar klenteng tersebut.
Penulis bersama Datuk Zainul |
Hal tersebut
diamini pak Lugie. Menurutnya klenteng Hoa Leng Keng dibangun sekitara tahun
1904. Ia menambahkan klenteng Hoa Leng Keng telah ada di Danau Sipin selama 4
keturunan. Pak Lugie mengaku telah mengurus klenteng Hoa Leng Keng sejak usia 17
tahun.
“Umumnya
sejarah pendirian bangunan rumah ibadah, klenteng Hoa Leng Keng juga dibangun
secara bertahap. Pertama kali kelenteng ini berdiri berbentuk pondok kecil dan
berbahan kayu dengan ukuran 8x6 meter. Berjalan waktu dan berkat gotong royong
sesama warga umat Koghucu akhirnya kelenteng Hoa Leng Keng berdiri sebagaimana
terlihat sekarang,” lanjutnya.
Bung Wiwin, Datuk Zainul dan Pak Lugie |
Meski telah berdiri lama, akses jalan menuju Klenteng yang dominan berwarna merah dan kuning ini boleh dikata belum memadai, sehingga keberadaan klenteng kurang diketahui publik. Selanjutnya, diakui pak Lugie, Klenteng Hoa Leng Keng terbuka untuk umat yang akan sembahyang. Bahkan setiap perayaan ulang tahun klenteng Hoa Leng Keng selalu ramai didatangi umat Konghucu maupun warga yang ingin mengenal lebih dekat sejarah dan ritus di kelenteng tersebut.
Saya sendiri belum memiliki literatur maupun publikasi ilmiah tentang sejarah klenteng Hoa Leng Keng ini. Tulisan-tulisan lepas yang mengangkat sejarah klenteng ini juga terbatas. Dengan demikian, penelitian tentang keberadaan warga Konghucu sekaligus sejarah pembangunan klenteng ini penting dilakukan. Semoga ke depan hadir tangan-tangan kreatif yang dapat mengejewantahkannya sehingga dapat dibaca luas oleh masyarakat.
0 Komentar