Buku karya Tan Ta Sen (Kompas, 2010) |
Oleh: Jumardi Putra*
Buku ini mulanya disertasi Tan Ta sen. Diberi
pengantar oleh Prof A. Dahana dan Prof. Wang Gungwu. Jauh sebelum buku ini
terbit, karya sejarahwan Slamet Mulyana, Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan
Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara, menyebut beberapa dari sembilan
Wali penyebar Islam di tanah Jawa adalah etnis Tionghoa. Karena itu adanya
kemungkinan "Arus China" dalam penyebaran Islam di Pulau Jawa
(Semarang dan Cirebon) dan Sumatra (Samudera Pasai/Aceh sekarang dan
Palembang).
Sayang, pendapat kontroversial Slamet Mulyana
itu, dengan mantra "demi ketertiban dan stabilitas nasional, membuat buku
Slamet dilarang beredar oleh Orde Baru. Konon, suasana politik masa itu yang
serba anti Komunis dan anti China membuat hasil penelitian Slamet Mulyana
dilarang beredar.
Namun pasca reformasi buku Slamet maupun
karya tulis lainnya yang sempat dilarang ketika itu, kini mudah dijumpai dan
diakses bebas oleh pembaca.
Nah, topik "Arus China" yang sama
diangkat kembali secara serius oleh Direktur Cheng Ho Cultural Museum, Malaka,
si penulis buku ini. Bermodalkan naskah-naskah kuno dan sumber-sumber sejarah
penting lainnya, buku ini dianggap karya tulis pertama yang mengangkat sejarah
penyebaran Islam di kawasan Asia Tenggara dan Nusantara.
Dua hal utama kenapa buku ini penting. Mafhum
bahwa siapa sosok Cheng Ho sudah diketahui publik melalui sumber-sumber naskah
Tiongkok, tetapi konteks perjalanan Cheng Ho ke Nusantara (untuk menyebut
pengaruhnya dalam sejarah kuno di Indonesia) belumlah banyak. Begitu juga dari
yang sedikit itu, masih bergelayut sebagai asumsi, mitos dan cerita-cerita
lisan yang kebenarannya sulit dilacak.
Maka, buku Tan Ta Sen, ini masih menurut A. Dahana, yaitu pertama, memperkuat bukti adanya "Arus China" dalam proses islamisasi di Asia Tenggara, khususnya di Kepulauan Nusantara dengan bersandar pada bukti-bukti yang dapat diterima secara ilmiah. Ambil misal, Tan Ta Sen membuat perbandingan antara proses islamisasi di Nusantara dengan proses masuknya berbagai faham, termasuk Budhisme, ke China yakni dengan melalui proses akulturasi.
Kedua, temuan Tan Ta
sen menguatkan bahwa adanya arus ketiga,
selain dua arus utama yang selama ini kita kenal, yakni via Arus India/Gujarat
(pendukung teorinya: Snouck, Fatimi, Vlekke, Gonda dan Schrieke) dan Arus
hubungan langsung dengan Arab Timur Tengah melalui kontak perdagangan
(pendukung teorinya Cranfurd, Niemann, dan Holanden). Itulah "Arus
China" sebagai arus ketiga adanya kehadiran serta pengarus sosok penyebar
Islam di Nusantara yang datang dari China.
Gayung bersambut, beberapa hari lalu, saya
membaca artikel arkeolog Bambang Budi Utomo di portal Kajanglako.com tentang
Diplomasi Budaya Laksamana Cheng Ho dan Implikasi Kedatangannya di Palembang,
maka mendapatkan buku Tan Ta Sen, edisi Juni 2010 ini adalah berkah sekaligus ruang belajar bagi saya untuk mengetahui secara
lebih baik tentang Arus Ketiga/Arus China tersebut dalam kaitan pengaruh Cheng
Ho dalam sejarah kuno Indonesia melalui sumber-sumber naskah-naskah klasik
China.
Selain buku ini terdapat dua buku senafas
lainnya yang bisa kita baca yaitu Jaringan Ulama Nusantara Abad XVII dan XVII
karya cendekiawan muslim Prof. Azyumardi Azra dan Sumanto Al Qurtubi dengan
bukunya Arus China-Islam-Jawa.
*Kota Jambi.
0 Komentar