Perpustakaan Freedom Institute, Jakarta. Dok. JP. |
Oleh: Jumardi Putra*
Keinginan saya mengunjungi perpustakaan Freedom
Institute justru tercapai karena tidak direncanakan. Jumat,
20 Mei 2022, saya melaksanakan tugas di Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional (PPN) atau yang familiar dikenal BAPPENAS RI yang beralamat di gedung Wisma Bakri 2,
Kuningan, Karet, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan.
Saya dan kolega kantor sampai di gedung Bappenas 2 tersebut sekira pukul 08.25 WIB, setelah sebelumnya kami berangkat dari arah Senen, Jakarta Pusat, menggunakan Grab. Saat menuliskan alamat tujuan di aplikasi transportasi online tersebut, tetiba saya ingat perpustakaan Freedom Institute yang berlokasi di alamat yang sama. Hanya saja saya belum tahu persis tepatnya.
Sembari menunggu jadwal pertemuan bersama Deputi Bidang Pengembangan Regional PPN/Bappenas RI, bertempat di kafe Tangi (masih di gedung yang sama), saya berselancar di lini maya Google mencari
tahu alamat perpustakaan yang bernaung di bawah lembaga Freedom
Institute (Center for Democracy,
Nationalism, and Market Economy Studies).
Tak dinyana, perpustakaan tersebut justru bersebelahan
dengan gedung Bappenas 2, tepatnya di Gedung Wisma Bakrie, Jl. H. R. Rasuna
Said No. Kav B1, Kuningan Menteng Jakarta Selatan. Sebenarnya tidak sulit menemukan
gedung ini, karena berada persis di pinggir jalan, seberang gedung lembaga anti
rasuah KPK (gedung lama). Sebelum beralamat di lokasi saat ini, perpustakaan
yang sempat tutup pada tahun 2015 lalu ini berada di Jalan Proklamasi, Jakarta
Pusat.
Penulis di Perpustakaan Freedom Institute |
Usai pertemuan di Bappenas saya tidak langsung ke penginapan, melainkan saya memilih mengunjungi perpustakaan tersebut bersama sahabat Sugilar dan Pak Ivan. Tentu saya senang ditemani keduanya. Galibnya berkunjung ke tempat-tempat beginian di Ibukota kerap saya lakukan sendirian, sebut saja seperti Perpustakaan Nasional RI, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Perpustakaan Erasmus Huis: Pusat Kebudayaan Belanda, Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Perpustakaan LP3ES, Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB. Jassin di Taman Ismail Marzkui, Perpustakaan Yayasan Obor Indonesia (YOI), Perpustakaan Museum Penyusunan Naskah Proklamasi Kemerdekaan RI, Perpustakaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/LIPI (sekarang dilebur ke dalam Badan Riset Inovasi Nasional/BRIN), Perpustakaan Historia, Perpustakaan Universitas Paramadina, Perpustakaan Universitas Atmajaya dan koleksi hibah buku Ben & Nafsiah Mboi di kampus yang sama.
Perpustakaan Freedom Institute ini berada di sebelah kanan pintu masuk Gedung Wisma Bakrie, jadi tidak perlu repot mencari lagi atau naik lift dulu. Pintu masuknya cukup besar. Tulisan Perpustakaan Umum Freedom Institute terpampang jelas. Tertulis pula di atas pintu masuk perpustakaan kutipan seorang penulis, penerjemah, kritikus, dan penyair asal Argentina yang juga salah satu tokoh sastra abad 20 yaitu Jose Luis Borges: “I have always imagined that Paradise will be a kind of library".
Saya segera masuk ke perpustakaan tersebut setelah sebelumnya bercakap-cakap dengan petugas keamanan gedung di meja resepsionis. Menurut pak Ujang, salah satu staf perustakaan Freedom Institute, jam operasional perpustakaan ini mengikuti jam kerja kantoran yaitu buka setiap Senin-Jumat pukul 09.00-16.30. Masih menurut pengakuan pak Ujang, pengunjung perpustakaan ini hampir 80 persen berstatus mahasiswa. Selebihnya peneliti dan profesional.
Ruangan Perpustakaan. Dok. JP |
Suasana di dalam perpustakaan tenang dan tempatnya luas.Terdapat sofa merah yang cantik. Pencahayaannya terbilang cukup, tidak terlalu terang dan tidak terlalu gelap. Lampu kuning yang temaram membuat mata pembaca tidak cepat lelah. Begitu setidaknya yang rasakan.
Langit ruangan perpustakaan ini tidak dipasangi plafon sehingga pipa-pipa saluran pendingin ruangan terlihat jelas dan memberi kesan suasana industrial. Pada bagian bawah tidak memiliki lapisan ubin keramik melainkan berupa lantai semen, yang makin menguatkan nuansa industrial pada perpustakaan tersebut.
Meski sepintas tampak industrialis-modern, dekorasi perpustakaan ini juga menghadirkan unsur etnik Indonesia. Terdapat patung khas daerah di Indonesia dan wayang kulit yang bisa pengunjung lihat di dekat pintu masuk. Pada bagian dinding perpustakaan tergantung foto, lukisan, dan kalimat inspiratif tokoh nasional Indonesia seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan Chairil Anwar.
Ruangan Perpustakaan. Dok. JP |
Rak-rak buku di ruangan perpustakaan ini tertata rapi sehingga memberikan sisa ruang bagi para pengunjung untuk memilih buku-buku dengan leluasa. Kemudian, pada masing-masing rak pun sudah dilabeli keterangan mengenai genre buku, misalnya Politik, Agama, Feminisme, Ekonomi, Sosiologi, Sastra, Filsafat dan sebagainya. Belasan ribu koleksi buku di perpustkaan ini tidak hanya berbahasa Indonesia, tetapi juga dalam bahasa Inggris. Selain buku, terdapat rak khusus majalah serta surat kabar. Majalah yang tersedia tidak terlalu banyak dan mayoritas bertema politik dan pengetahuan umum. Begitu juga terdapat satu rak khusus yang menyediakan buku-buku terbitan Freedom Institute.
Fasilitas perpustakaan yang diresmikan
pertama kali pada tahun 2022 ini dapat dibilang lengkap dan layak, sebut saja
seperti beberapa jenis meja dan kursi. Bila pengunjung datang ramai-ramai dapat
menggunakan meja dan kursi kayu yang panjang. Namun jika datang sendiri,
pengunjung bisa menggunakan meja berbilik atau sofa untuk satu orang. Selain
itu, juga tersedia fasilitas Wi-FI, katalog online, dan mesin foto copi bagi pengunjung yang
memerlukannya, karena buku-buku di sini tidak boleh dipinjam atau dibawa pulang.
Rak-rak buku tersusun rapi. Dok. JP |
Atmosfir perayaan terhadap dunia pemikiran begitu kentara di dalam perpustakaan ini. Hal itu terlihat di dinding perpustakaan tertulis kutipan populer dari penulis ternama, sebut saja seperti berikut ini: “You can't cross the sea merely by standing an taring at the water” (Tagore); “Kemampuan membaca adalah sebuah rahmat. Kegemaran membaca adalah sebuah kebahagiaan” (Goenawan Mohammad). Begitu juga kutipan berikut ini: “Countries are well cultivated, not as they are fertile, but as they are free” (Montesquieu); “If men were angels, no government would be necessary” (James Madison); “Say hungry Stay foolish I have always wished that for myself. And now as you graduate to begin anew, I wish that for you” (Steve Jobs); dan “No one can resist an idea whose time has come” (Victor Hugo).
Saya senang kunjungan kali pertama ini dihadiahi beberapa judul buku terbitan Freedom Institute, yaitu buku berjudul Mitos Meleset Malaise karya Lawrence W. Reed; Aku, Pensil karya Leonard E. Read; Negara dan Pasar Bebas: Usulan Agenda Kerja Seratus Hari Pertama Pemerintahan SBY-Boediono; Menegakkan Hukum dan Hak Warga Negara (Pers, buku dan Film) karya Adinda Trianke Muchtar dan Antonius Wiwan Korban, dan buku Penghargaan Achmad Bakrie tahun 2013 dan 2014.
Demikian catatan kunjungan singkat saya ke Perpustkaan Freedom Institute. Semoga di lain kesempatan saya bisa ke sini lagi. Bukan semata untuk ngadem atau mendinginkan badan (apalagi di tengah cuaca panas Jakarta), tapi benar-benar membaca, membaca dan membaca.
*Kota Jambi.
Tulisan senafas saya lainnya:
(1) Ben & Nafsiah Mboi: Kisah Pasutri Pecinta Buku
(2) Dari Palasari Ke Pasar Kenari: Kisah Berburu Buku
(3) Kisah Mas Rudin di Pasar Kenari
(4) Kisah Pak Rudin di Jalan Veteran Raya
(5) Dari Empelu Sampai Yogyakarta
0 Komentar