Oleh: Jumardi Putra*
Kali pertama dipercaya menjadi pemandu (host) program dialog
Beranda Budaya di stasiun TVRI Jambi yaitu pada 2016-2017. Mulanya saya tidak langsung
menerima pinangan tersebut, melainkan meminta waktu untuk berpikir masak-masak.
Bukan tanpa sebab, memandu dialog interaktif di sebuah
televisi adalah hal baru bagi saya. Jika pun memiliki pengalaman bersentuhan
dengan program siaran langsung (live) televisi, itu lebih karena kehadiran saya kerap sebagai
narasumber, bukan host.
Dua posisi yang sama-sama penting dalam sebuah program televisi,
lebih-lebih untuk siaran langsung (live), bukan taping. Narasumber ahli bertugas mendedah sebuah persoalan sesuai
topik dialog sekaligus didukung pengalaman empiris yang menjadikannya tidak
saja kaya perspektif, tetapi juga menarik sekaligus reflektif.
Sedangkan tugas host mengatur jalannya dialog. Host tidak saja harus piawai mengorek informasi,
data, telaah dan bahkan sanggahan antar narasumber, tetapi juga bertugas
membuat dialog berjalan fokus, menarik dan real agar tidak membosankan sehingga
diminati banyak pemirsa. Tidak mudah bukan?
Hal pertama yang terpikir oleh saya ketika itu adalah
memperluas zona kebudayaan dalam program Beranda Budaya TVRI Jambi agar tidak
melulu mempercakapkan kebudayaan dalam pengertian kebanyakan yaitu cabang-cabang
dalam kesenian sebut saja seperti sastra, musik, teater, tari, film dan seni
rupa.
Zona kebudayaan yang saya maksud adalah dunia nilai dan
pemikiran sebagai tungku bagi kemungkinan-kemungkinan terciptanya dialektika
yang menyegarkan dan memperkaya sudut pandang, serta mengeksplorasi tafsir atas
simbol-simbol kebudayaan itu sendiri.
Meski terdengar agak klise,
niat memperluas zona kebudayaan boleh dikata langkah mini menjawab adigium
berikut ini "begitu banyak diskusi/dialog didesain menginspirasi, tapi
jarang yang ngajak mikir". Mikir! Begitu candaan (memuat pesan serius)
yang kerap kita dengar dari komedian Cak Lontong di tivi-tivi maupun kanal youtube.
Semangat ke arah yang dimaksud jelas perlu dipupuk, tidak
terkecuali tim produksi Beranda Budaya dengan dukungan SDM maupun sarana
prasarana yang memadai. Apatahlagi dialog Beranda Budaya dibatasi durasi satu
jam dipotong riwa-riwi iklan. Belum lagi paket informasi audiovisual yang
mendukung jalannya dialog.
Begitu juga jadwal tayang dialog Beranda Budaya berlangsung di
akhir pekan (Minggu Sore), sehingga menjadi tantangan bagi tim produksi beserta
seluruh crew untuk menghadirkan
dialog yang tidak saja aktual, tetapi juga menarik serta menghadirkan para ahli
yang memiliki pengalaman sekaligus mampu memperbincangkan sebuah permasalahan
secara kritis-konstruktif. Ringkasnya,
dialog yang berhasil adalah dialog yang disiapkan secara matang. Bukan asal
tayang.
Apakah langkah ke arah yang dimaksud tercapai? Saya tidak
bisa menjawab secara pasti. Mungkin perlu dilakukan survei baik kepada pemirsa maupun
narasumber Beranda Budaya TVRI Jambi. Setakat hal itu, program Beranda Budaya
TVRI Jambi dalam rentang waktu yang panjang perlu dikaji oleh akademisi
sekaitan dengan produksi maupun distribusi warna-wicarana kebudayaan dalam
pembangunan provinsi Jambi.
Pengalaman setahun saya melakoni tugas sebagai pemandu
dialog menunjukkan masih diperlukan dukungan serius para pihak, terutama tim
produksi dan seluruh crew baik untuk
mempersiapkan kualitas konten/program sekaligus desain jalannya program dialog
interaktif agar menarik bagi pemirsa. Harus ada kreasi-inovasi.
Kenapa? Hemat saya, kebudayaan merupakan wilayah yang masih
sepi peminat (untuk menyebut feri-feri) sampai saat ini. Dalam wacana
pembangunan ia (di)pinggir(kan). Karena itu membawanya ke tengah dan
menjadikannya sebagai bahasa bersama merupakan misi utama.
Saya masih seumur jagung terlibat sebagai host dialog beranda budaya TVRI Jambi. Niscaya
bagi saya meluaskan horison pengetahuan sekaligus mengasah kemampuan untuk memantik
perbincangan, dan satu lagi, yang barangkali umum berlaku dalam dunia
pertelevisian (talk shaw) yaitu sedap dipandang di layar kaca tivi.
Terhadap yang terakhir itu saya menaruh ketidakpercayaan
seratus persen. Apa sebab? Karena sejak lahir Tuhan telah menitipkan keindahan proporsional
bagi siapapun, yang kian ke sini seolah dikuasai sepenuhnya oleh mekanisme
pasar. Percayakah anda? Urusan yang satu ini kita diskusikan di lapak lain dan
di kesempatan lain pula. Pendeknya, berpenampilan bagus saat memandu siaran
langsung di televisi masih bisa dipahami, namun tidak boleh menjadikan
substansi dialog tidak lebih penting dari kemasan penampilan.
Saya menikmati selama melakoni tugas selaku host Beranda Budaya TVRI Jambi dengan segala dinamikanya. Menjadi host memaksa saya membaca banyak sumber literatur
terkait topik dialog maupun mencari narasumber. Belum lagi bila narasumber
mendadak berhalangan hadir. Harus siap-siap mencarikan alternatif sebagai
pengganti.
Beranda Budaya adalah ruang kelas yang memberi kesempatan kepada
saya menjadi pembelajar. Berkenalan sekaligus belajar pada narasumber yang
tidak saja pakar, tapi juga bertungkus-lumus menjalani profesi yang mungkin sudah banyak tidak diminati generasi saat ini.
Semoga Beranda Budaya TVRI Jambi senantiasa menghadirkan
perbincangan bermutu sehingga memantik bagi diskusi-diskusi lanjutan baik di
dalam maupun di luar televisi.
Berikut tema dialog sepanjang saya bertugas memandu dialog Beranda Budaya TVRI Jambi:
- Seni Rupa di Ruang Publik
- Sejarah dan Dinamika Penerbit Buku Jambi
- Muatan Lokal Jambi dalam Pembelajaran Sekolah
- Karya Sastra dan Sastrawan Perempuan Jambi
- Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di Provinsi Jambi
- Sejarah Pers Lokal Jambi
- Lacak: Konvensi dan Tantangan Budaya Lokal Jambi
- Dinamika Teater di Jambi
- Revitalisasi Kesultanan Melayu Jambi
- Potensi dan Dinamika Film Jambi
- Film Sungai Batanghari: Mengglobalkan Jambi
- Pembelajaran Sejarah Kontroversial di Sekolah
- Mandi Safar: Tarik Menarik Budaya dan Pariwisata
- Menjawab Keterancaman Aksara Incung
- Literasi dan Karya Penulis Cilik Jambi
- Menuju Candi Muarojambi sebagai World Heritage
- Cerita Rakyat Lokal Jambi
- Festival Batanghari: Jatuh Bangun Festival Budaya Jambi
- Orang Pendek Kerinci: Misteri dan Cryptozoology
- Studi Olahraga Orang Rimba Jambi
- Deradikalisasi Agama dan Filantropi
- Ulama dan Syair Lokal Jambi
- Gerakan Komunitas Literasi di Jambi
*Kota Jambi, 27 Juni 2022.
0 Komentar