Seminar sejarah. sumber: jambiekspres |
JambiEkspres.co.id. Pasca kemerdekaan Indonesia diproklamasikan 17 Agustus 1945 Belanda kembali datang dan melancarkan sejumlah serangan. Serangan itu dinamakan Agresi Militer Belanda, terdapat dua kali serangan yang dilakukan terhadap Indonesia yakni Agresi Militer l dan Agresi Militer 2.
Hal ituah yang dibahas dalam
kegiatan ‘Seminar Kajian Agresi Militer 2 Belanda di Jambi’ yang berlangsung di
Museum Perjuangan Rakyat Jambi (MPRJ) pada Kamis (23/11/2023).
Dalam seminar ini
menghadirkan pemateri yaitu Sejarawan Jambi Drs. Ujang Hariadi dan Pemerhati
Sejarah Jambi Jumardi Putra dengan peserta yang berasal dari guru SMP se Kota
Jambi dan mahasiswa sebanyak 80 orang.
Sejarawan Jambi Ujang Hariadi
menyebutkan dalam catatan sejarah pada aksi militer kedua di Jambi terjadi
karena ketidakpuasan Belanda terhadap kesepakatan Perjanjian Renville.
Selanjutnya, Kota Jambi diserang dari udara dan dihujani dengan peluru oleh
pesawat terbang Belanda selama 24 jam.
“Untuk agresi militer Belanda yang kedua,
Jambi sudah mengadakan persiapan untuk mempertahankan lapangan terbang yang
akan diperkirakan sasaran utama pasukan Belanda. Pejuang menancapkan
bambu-bambu runcing untuk mempersulit pasukan payung Belanda saat turun dan
juga di tepi Sungai Batanghari di pasang senapan mesin untuk menghadang
serangan Belanda” jelasnya.
Agresi Belanda sebenarnya tidak hanya terjadi di Kota
Jambi saja, tapi juga terjadi di berbagai daerah di Provinsi Jambi. Pertempuran
yang terjadi di beberapa daerah ini menjadi bukti sejarah dan sejumlah benda
peninggalannya menjadi koleksi di museum saat ini.
Peserta seminar sejarah. Sumber: jambiekspres
Peneliti Seloko Institute Jumardi Putra menjelaskan bahwa pada tanggal 28 Desember 1948 Belanda melancarkan agresi militer keduanya menghanguskan daerah Jambi yang akan menjadi posisi kekuasaan.
“Pertempuran itu terjadi
dimana-mana seperti di Simpang Tiga Sipin hingga Lapangan Terbang Pall Merah
yang banyak memakan korban. Dan agresi militer Belanda ini berakhir setelah
adanya perundingan gencatan senjata dan mulailah perundingan penyerahan
kedaulatan kepada Republik Indonesia," sebutnya.
Selain itu, Jumardi Putra
juga menjelaskan dinamika penulisan sejarah lokal Jambi melalui karya ilmiah
populer sekaligus menunjukkan kepada peserta tulisan-tulisan pendek berupa
artikel populer yang dimuat oleh pelbagai medak cetak maupun online terkait
sejarah maupun budaya Jambi.
Usai kegiatan seminar
tersebut, pemateri mengharapkan kepada guru yang menjadi peserta seminar tersebut
dapat membawa anak didiknya berkunjung ke museum ke depannya. Kunjungan ke
museum bisa untuk menjadi mata pelajaran muatan lokal.
*Sumber berita: https://jambiekspres.disway.id/read/671294/mprj-bahas-sejarah-agresi-militer-belanda-ll-di-jambi-dalam-kegiatan-seminar
0 Komentar