Abdurrahman Sayeoti dan Lyli Sjarif (Tengah). Dok. JP |
Oleh: Jumardi Putra
Langit pagi itu mendung, Senin, 18 Desember 2023.
Beberapa petugas perpustakaan dibantu tiga orang siswa magang fokus menata
buku-buku yang rusak untuk diperbaiki. Lumayan banyak buku-buku itu sehingga
berserakan sampai ke bagian luar gudang. Nah, tidak jauh dari mereka saya melihat
beberapa lukisan Abdurrahman Sayoeti sekeluarga berukuran besar tergeletak di
lantai.
Ketertarikan saya pada buku membuat saya sejenak
bercakap-cakap dengan mereka sembari melihat pasat-pasat buku-buku yang rusak
itu. Tentu saja ada buku-buku yang menarik minat saya ikut tergeletak di situ,
yang sudah tidak terbit lagi sekarang, sebut saja buku bertemakan sejarah dan
ekonomi-politik.
Saya tidak sendirian ketika itu, melainkan ditemani
bu Rita Dewi, pegawai perpustakaan Provinsi Jambi yang hari-hari bekerja di
bagian Deposit. Atas kebaikannya saya diajak menengok langsung album-album foto
peninggalan keluarga Abdurahman Sayoeti, Gubernur Jambi dua periode
(1989-1999) di sebuah ruangan di lantai II gedung Perpustakaan Provinsi
Jambi.
Terang saja saya bersemangat karena memang saya sedang
mencari dokumentasi foto peristiwa bersejarah, gedung atau bangunan bersejarah,
beberapa tokoh Jambi lengkap dengan alat transportasi dan pakaian resmi yang
kerap mereka gunakan semasa menjabat.
Salah satu lukisan Abdurrahman Sayoeti tergeletak di lantai |
Selain tampak beberapa lukisan dan foto berbingkai
Abdurrahman Sayoeti sekeluarga, di ruangan yang tidak begitu besar itu, tapi
nyaman untuk menulis (ruangan tersebut kerap saya datangi untuk mengikuti
sarasehan sejarah), saya melihat lebih kurang 190 album foto yang sudah tertata
rapi di balik kaca lemari. Album-album foto itu berisikan dokumentasi aktivitas
Abdoerrahman Sayoeti mulai sejak diangkat sebagai Direktur Akademi Pemerintahan
Dalam Negeri (APDN) Jambi (1 September 1965- 12 November 1969) hingga ia
menjadi Gubernur Jambi, setelah sebelumnya ia sempat dipercaya menjadi
Sekretaris Wilayah Daerah tingkat I Jambi (13 November 1969 hingga 15 Agustus
1985) dan lanjut menjadi wakil Gubernur Jambi dua periode masa Gubernur Jambi
Maschun Sofwan 1979-1984-1989).
Tidak hanya itu saja, di dalam album-album foto itu
saya juga melihat aktivitas non pemerintahan Abdurrahman Sayoeti bersama orang
tua, istri, anak, sanak famili, dan para sahabat, sebut saja seperti upacara
pernikahannya dengan Lily Sjarif yang ketika itu berprofesi sebagai penyanyi,
momen liburan keluarga ke tempat-tempat wisata baik di dalam maupun luar
negeri, dan warna-warni keseharian beliau di balik jabatannya selaku orang
nomor satu di Provinsi Jambi. Bahkan, saya juga menemukan sebuah album khusus
berisikan kliping koran yang memuat profil sekaligus geliat Lyli Sjarif sebagai
seorang penyanyi sebelum dipinang Abdurrahman Sayeoti menjadi pendamping
hidupnya.
Menurut bu Rita Dewi, ratusan album foto itu belum
genap seminggu menghuni salah satu ruangan di Kantor Perpustakaan Provinsi
Jambi setelah sebelumnya sempat terbengkalai lama dimulai sejak rumah pribadi
peninggalan Abdurrahman Sayoeti di Jalan A. Manaf, Telanaipura, Kota Jambi, dijual
ahliwarisnya.
“Upaya penyelamatan ini respon kami atas permintaan bu Yanti Mustafa yang pernah bekerja sebagai kepala sekolah di Yayasan Pendidikan TK Al-Aqsha yang didirikan pak Abdurrahman Sayeoti dan Ibu Lyli Sjarif tahun 1999,” ujarnya.
Salah satu album milik Abdurrahman Sayoeti |
Gayung bersambut, Kamis, 28 Desember 2023, sekira pukul 10an, saya bertemu bu Yanti Mustafa di sekolah PAUD Al-Aqsha beralamat di Jalan Yulius Usman, Kelurahan Pematang Sulur, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi. Ia mengakui ratusan album itu merupakan peninggalan Abdurrahman Sayoeti beserta istri semasa mereka masih hidup.
"Semoga dokumen itu berguna buat pemerintah provinsi Jambi dan tentu saja bagi para peneliti sejarah Jambi," kilahnya.
“Apa latar belakang ibu menyerahkan dokumen itu
kepada pihak Perpustakaan Provinsi Jambi,” tanya saya.
“11 tahun bukan waktu yang singkat buat saya. Selama
itulah saya harus menyelamatkan dokumen itu dari satu bangunan ke bangunan
lainnya bersamaan dengan beberapa kali kepindahan gedung TK/KB/TPA/TPQ Al-Aqsha,
mulai sejak terjual rumah pribadi pak Abdurrahman Sayoeti di Jalan A. Manaf,
Telanaipura, lalu saya bawa ke ruang belakang gedung Kajanglako yang bersebelahan dengan RSUD Raden Mattaher, kemudian
pindah lagi ke rumah pak Abdurrahman Sayoeti di Komplek DPRD Provinsi Jambi di Pematang
Sulur. Lantaran rumah itu juga dijual, saya bawa lagi dokumen itu ke gedung Kajanglalako. Nyatanya tidak berhenti di
situ saja, bangunan di belakang gedung Kajanglako itu pun dijual dan bahkan kelembagaan Yayasan Al-Aqsha dibubarkan
oleh keluarga pihak Ibu Lyli Sjarif, maka dokumen itu pun saya selamatkan
bersamaan dengan kepindahan gedung TK Al-Aqsha ke jalan Jl. Kapten A Hasan, Pematang Sulur, Kec.
Telanaipura, Kota Jambi,” ungkapnya.
Perempuan kelahiran 1972
ini sempat meneteskan air mata lantaran merasa dokumen-dokumen itu menyimpan banyak
cerita sekaligus memiliki keterikatan emosional dirinya dengan Abdurrahman
Sayeoti beserta Lyli Sjarif saat masih hidup.
“Saya adalah kepala sekolah
pertama sejak Yayasan TK Al-Aqsha didirikan oleh Ibu Lyli Sjarif bersama pak Abdurrahman
Sayoeti. Namun, sepeninggalan mereka berdua beberapa aset rumah
dan gedung peninggalan pak Abdurrahman Sayoeti dijual dan bahkan Yayasan Al-Aqsha
dibubarkan. Maka, perlahan-lahan, meski masih menggunakan nama Al-Aqsha,
saya mulai menata kembali pendidikan taman kanak-kanak ini. Alhamdulillah, meski masih menyewa lahan milik
pemerintah Provinsi Jambi, PAUD Al-Aqsha bisa bertahan, berkembang, dan bahkan sejak berdiri hingga sekarang tidak sedikit anak-anak dari pejabat di Provinsi Jambi pernah dititipkan dan bersekolah di sini,” ungkapnya.
Penulis bersama bu Yanti Mustafa |
“Faktanya Yayasan TK Al-Aqsha dibubarkan, tetapi ibu masih menggunakannya sampai sekarang dengan lembaga baru,” tanya saya lagi.
“Benar. Pertimbangan saya tetap
menggunakan nama Al-Aqsha murni penghormatan saya pribadi kepada sosok
Abdurrahman Sayoeti dan Ibu Lyli Sjarif, di mana saya berserta beberapa guru
lainnya pernah bersama-sama ikut mengembangkan sekolah ini. Bahwa faktanya aset
rumah, gedung sekolah serta Yayasan dibubarkan, itu bukan ranah kewenangan saya
pribadi. Biarlah itu menjadi urusan keluarga Ibu Lyli Syarif dan pak Abdurrhaman
Sayoeti,” jawabnya.
Saya mengapresiasi langkah Bu Yanti maupun respon cepat pihak Perpustakaan Provinsi Jambi sehingga arsip foto-foto
bersejarah peninggalan tokoh sekaliber Abdurrahman Sayoeti terselamatkan. Bahkan,
diakui oleh Bu Yanti, sebenarnya selain ratusan album-album foto beserta
beberapa lukisan, ada juga ratusan koleksi buku milik pak Abdurrahman Sayoeti,
sayangnya, buku-buku tersebut sekaligus beberapa fasilitas sekolah dicuri orang saat gedung
TK Al-Aqsha masih di Jalan Kapten A
Hasan, Pematang Sulur, Kec. Telanaipura, Kota Jambi.
Sedari bersama, foto merupakan sumber sejarah yang
berbentuk visual. Foto dalam bentuk primer biasanya tersimpan di arsip-arsip
pemerintah. Foto bisa dipakai sebagai sumber sejarah apabila foto tersebut
berhubungan dengan peristiwa sejarah. Terlebih, saya menemukan album khusus
berisikan tokoh-tokoh ulama Jambi (sayangnya tidak ada keterangan nama),
bangunan masjid, madrasah dan suasana tempo dulu di wilayah Seberang Kota
Jambi, genah lahir Abdurrahman Sayoeti di kelurahan Mudung Laut, Pelayangan,
Jambi, 5 Mei 1933.
Bu Rita Dewi, pegawai Perpustakaan Provinsi Jambi |
Setakat hal itu, lebih kurang tiga bulan sebelum
ini saya berjumpa dengan putri bungsu dari Djamaludin Tambunan, Gubernur Jambi
periode 1974-1979, yaitu bu Chairiah Tambunan yang ternyata masih menyimpan
beberapa foto penting semasa bapaknya menjadi kepala daerah di Provinsi Jambi.
Dengan demikian, dokumentasi foto-foto tersebut saling melengkapi atau
dalam makna lain, aktivitas Abdurrahman Sayoeti secara otomatis menautkan kita
pada sosok-sosok penting lainnya dalam perjalanan Pemerintah Provinsi Jambi
baik itu generasi sebelum maupun sesudahnya.
Sependek yang saya tahu, sebagian dari foto-foto yang termuat di dalam ratusan album peninggalan keluarga Abdurrahaman Sayoeti itu sudah terdokumentasi dalam bentuk buku resmi terbitan Humas Pemerintah Provinsi Jambi, terutama saat Abdurrahman Sayoeti menjalani tugasnya sebagai Gubernur Jambi. Namun, tidak sedikit foto-foto yang tersimpan di situ belum terdokumentasi dalam bentuk buku maupun bentuk lainnya. Saya pikir mendigitalisasikannya adalah jawaban. Semoga.
*Kota Jambi.
Tulisan-tulisan saya lainnya:
1) Kisah Putri Gubernur Jambi Djamaludin Tambunan Bersama Bung Karno
2) Srie Soedewi, Sosok Cemerlang di Balik Gubernur Jambi Maschun Sofwan
3) Jambi Yang Menanti Jamahan, Buah Pikiran Djamaludin Tambunan
4) Hanafie, Gubernur Jambi Terpilih (Gagal) Dilantik
5) Haji Hasan, Orang Gedang dari Empelu
6) A. Mukty Nasruddin, Penulis Sejarah Jambi Yang Dilupakan
7) Annabel Teh Gallop, Jambi dan Filologi di Zaman Gawai
8) Mengenang Sakti Alam Watir, Obituari
9) Emi Nopisah, Dari Ajudan Gubernur sampai Sekretaris DPRD Provinsi Jambi
10) 65 Pemikiran Tokoh untuk 65 Tahun Provinsi Jambi
11) Jambi Tempo Dulu, Catatan Sepulang dari Pameran HUT Provinsi Jambi
0 Komentar