Najwa Shihab dan Peradaban Yang Hilang di Muaro Jambi: Apa di Tengah Semua Ini?

liputan Narasitv

Oleh: Jumardi Putra*

Sisa-sisa peradaban masa lalu

Tertimbun berabad-abad

Menyimpan sejarah besar

Kepingan demi kepingan perlahan ditemukan

Merangkai kisah yang siap dituturkan

Tentang sebuah perguruan

Pusat pendidikan yang pernah berjaya abad ke 6 di Nusantara: 

Muaro Jambi

Seluas ini, dengan narasi sekuat ini

Tapi publik kita banyak yang belum tahu, bahkan.

Demikian kalimat menggugah khas Najwa Shihab, founder Narasitv, memulai penelusurannya di Kawasan Cagar Budaya Nasional (disingkat KCBN) Muaro Jambi belum lama ini. Sulaman kata-kata indah Mbak Nana, begitu ia akrab disapa, sejatinya mengantar kita pada dua keadaan sekaligus. Di satu sisi, menyeruapkan ketakjuban pada peradaban masa lampau di Muaro Jambi sebagai pusat pendidikan ternama, tapi saat yang sama menangkap kegetiran (kalau bukan ironi), karena kegemilangan itu hilang dalam lintasan sejarah panjang Nusantara. Bahkan, saat ini justru terancam kelestariannya akibat aktivitas bongkar muat (stockfile) batu bara yang berada di dekat situs Candi.

Keberadaan jurnalis sekaligus presenter ternama itu di KCBN Muaro Jambi, candi terluas di Asia Tenggara yaitu hampir mencapai 4000 hektar dan atau 31 kali lebih luas daripada Candi Borobudur di Jawa Tengah, sontak ramai dipercakapkan nitizen Jambi di jagad maya. Setidaknya, belasan grup WhatsApp yang saya ikuti bermunculan beberapa penggalan video liputannya bertajuk Menelusuri Peradaban yang Hilang di Muaro Jambi. Dari situ saya beranjak menyaksikan liputan versi lengkap di kanal narasitv, sebuah media digital yang digandeng Indonesia Heritage Agency (IHA), badan layanan umum di bawah naungan Kemendikbudristek RI, yang bertanggung jawab atas pengelolaan museum, galeri serta situs cagar budaya nasional di Indonesia.

Liputan sarat materi sejarah (yang dikemas apik) dengan latar alam yang asri di KCBN Muaro Jambi, seperti jelas digambarkan Najwa Shihab berikut ini: “Tenang, damai dan menyatu dengan alam. Itu yang dirasakan kali pertama saat saya menginjakkan kaki di Candi Kedaton, satu dari puluhan Candi yang tersebar 7,5 km di sepanjang DAS Batanghari”.

Liputan Narasitv berdurasi kurang lebih 33:58 menit itu setidaknya bertitimangsa pada tiga perkara pokok. Pertama, sejarah KCBN Muaro Jambi sebagai pusat pendidikan bergengsi di masa lampau sekaligus temuan terbaru dan uji karbon berdasarkan hasil eskavasi terhadap beberapa situs Candi, sehingga diyakini telah ada sejak abad ke 6 sampai abad ke 13. Kedua, tata kelola maupun revitalisasi KCBN Muaro Jambi yang sedang berlangsung di bawah komando Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek RI. Sebuah konsep yang didesain tidak hanya menyasar aspek fisik bangunan, tapi juga menganggit nilai-nilai budaya sekaligus material kebudayaan dalam bentuk karya seni kreatif masyarakat setempat sehingga bisa terus tumbuh dan menghidupi perekenomian warga di sekitar KCBN Muaro Jambi. Ketiga, keberadaan stockfile batu bara di zona penyanggah yang mengancam situs-situs Candi. 

Terhadap Hilmar Farid selaku Dirjen Kebudayaan maupun Mahendra sebagai Plt. Kepala IHA, perempuan kelahiran 16 September 1977 ini lebih banyak mengulik pandangan negara melalui dukungan peraturan perundang-undangan, anggaran dan arah kebijakan serta program pelestarian dan pengembangan melalui Kemendikbudristek terhadap KCBN Muaro Jambi baik yang sudah berjalan maupun rencana ke depan. Stockfile batu bara sempat disinggung, walakin diakui belum ada solusi. Dilematis memang. Sekalipun begitu Hilmar Farid menegaskan terus berkoordinasi dengan Gubernur Provinsi Jambi dan pihak-pihak terkait sehingga diharapkan kelar jelang Oktober tahun ini.

Tegak tiang tu. Ritus adat mengawali pembangunan Museum KCBN Muaro Jambi

Sedangkan dengan Ketua Rumah Menapo Jambi yaitu Mukhtar Hadi alias Borju, Najwa Shihab menanyakan perihal keterancaman Situs Candi Teluk I yang berada satu kawasan dengan stockfile batu bara maupun upaya Borju menjadi bagian dari kerja-kerja pelestarian KCBN Muaro Jambi, sebut saja melalui Sekolah Alam Raya, rintisanya sejak lama. Dalam dialog itu pula, cuplikan protes Borju di sela kunjungan Presiden Jokowi dua tahun lalu di KCBN Muaro Jambi, diputar kembali. Bahkan, Borju menceritakan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia, Luhut Binsar Panjaitan (LBP), saat berkunjung ke Jambi pada Januari 2022 pernah berjanji akan menuntaskannya, tapi nyatanya hingga saat ini belum ada solusi. Sayangnya, dalam liputan tersebut, tidak ditemukan wawancara Mbak Nana dengan Gubernur Jambi Al-Haris maupun LBP dan pejabat kementerian teknis lainnya seperti PUPR dan ESDM, terkait progres penanganan stockfile batu bara dekat situs Candi. Lagi dan lagi, Borju tidak bisa menutupi kekecewaannya.

Sejurus hal itu, arkeolog Agus Widiatmoko mengatakan kandungan logam batu bara yang terurai dengan adanya air hujan akan menghasilkan kadar asam yang tinggi, sehingga kerusakan situs cepat terjadi. Kemudian, debu batu bara yang menyusup ke pori-pori candi akan memperlemah daya ikat batu bata kuno tersebut. Ringkasnya, pengeroposan bangunan candi dan menapo akan terus berlangsung selama industri stockfile masih beroperasi di sekitar situs Candi. Pandangan demikian sejatinya pernah disampaikan Agus Widiatmoko tahun 2012 di tengah ramainya tuntutan pelbagai komponen masyarakat di Jambi kepada Pemerintah Provinsi Jambi maupun pemerintah pusat segera menyelamatkan KCBN Muro Jambi dari aktivitas stockfile Baru di dekat Situs Candi Teluk I. Sedangkan Candi teluk II berada di tengah-tengah perkebunan sawit yang masih di dalam satu kawasan perusahaan dengan Candi teluk I. Kemudian, di hadapan Najwa Shihab, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah V Jambi itu memaparkan temuan terbaru hasil eskavasi yang menunjukkan keberadaan KCBN Muaro Jambi telah ada sejak abad ke 6 merentang hingga ke abad 13, berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu dimulai abad ke 7 sampai abad ke 12.

Tidak kalah menarik saat Najwa Shibab berbincang dengan Rudhi Zang, yang tak lain adalah Ketua Perhimpunan Umat Budha Jambi, dimana substansinya mengarah pada ajaran Budha dan ilmu yang diajarkan oleh guru besar pada masa lalu di KCBN Muaro Jambi mencakup pancavidya: logika (hetuvidya), tata bahasa/kesusastraan (sabdavidya), ilmu pengobatan (cikitsavidya), kesenian (silpasthanavidya), dan inner science (adhyatmavidya). Momen dialog antara Rudhi Zang dengan Najwa Shibab, yang keduanya representasi dari kepercayaan penganut Budha dan Islam, tapi kontak keduanya bisa terjalin oleh kesamaan pandangan tentang sikap saling menghormati (toleransi) sekaligus terbuka terhadap sejarah dengan tetap berpijak pada nilai-nilai ajaran agama yang diyakini masing-masing individu. Dan, sedari bersama, Najwa Shihab, yang adalah juga putri dari ahli tafsir kenamaan yaitu Prof. Qurais Shihab, selalu lantang menyuarakan pandangannya tentang Islam moderat di tengah kemajemukan negeri ini.

Selanjutnya, usai mengunjungi Candi Gumpung dan Candi Tinggi, Mbak Nana berjumpa dan bercakap-cakap dengan emak-emak dari kelompok Paduka yang berasal dari Desa Karet, yang dulunya berdagang di Kawasan inti KCBN Muaro Jambi. Pada momen itu, Mbak Nana disuguhi kuliner khas Muaro Jambi, sebut saja seperti ubi, rempah ratus belud, ikar acar temuh pauh, air sepat selasih dan ketan panggang colek. Tak syak, baik Mbak Nana maupun krus Narasitv lainnya, asyik menyantap kuliner khas Muaro Jambi tersebut. Begitu juga, percakapannya dengan salah seorang perempuan di atas becak motor (bentor) mengenai mitos air dari sumur kuno di KCBN Muaro Jambi yang dianggap bisa membuat awet muda. Terang saja, meski hal itu mitos, tapi sebagai air jernih dan bisa diminum langsung tanpa dijerang terlebih dahulu, benar-benar dirasakan langsung oleh Mbak Nana.

Candi Tinggi

Begitu juga behind the scene Najwa Shihab bersama kru narasitv saat merangkai liputan di KCBN Muaro Jambi, lengkap beberapa dokumentasi foto dan video yang ditampilkan pada video klip di channel youtube miliknya. Di era digital yang terhubung internet, informasi semacam itu akan merangsang keingintahuan publik secara nasional terhadap KCBN Muaro Jambi, sehingga membuatnya makin populer, apalagi jumlah pengikut instagram Najwa Shihab berjumlah 24,1 juta, tiktok sebanyak 3 juta dan 10 juta subscriber youtube. Belum lagi kru narasitv yang terlibat selama meliput. Kebayang bila semua mata nitizen seantero Indonesia tertuju ke KCBN Muaro Jambi. Semoga.

Sehingga apa keberadaan individu semacam Najwa Shibab, bersamaan hasil liputannya, berpengaruh positif bagi KCBN Muaro Jambi ke depan? 

Najwa Shihab bukan satu-satunya jurnalis yang mendatangi kawasan bersejarah dengan luas 12 Km persegi dan panjang lebih dari 7 kilometer serta membentang searah dengan jalur DAS Batanghari. Jauh sebelum kedatangannya, sejatinya telah banyak tokoh yang datang ke KCBN Muaro Jambi mulai dari kalangan media/jurnalis, akademisi/peneliti, wisatawan lokal maupun manca negara dan para petinggi baik dari dalam maupun luar negeri. Bahkan, April 2022, Presiden Jokowi mengunjungi KCBN Muaro Jambi sekaligus menandai dimulainya proses revitalisasi KCBN Muaro Jambi dengan dukungan anggaran pemerintah pusat sebesar 1,45 triliun rupiah melalui Kemendikbudristek dengan rincian 2023 sebesar 600 Miliar dan 2024 ditargetkan sebesar 850 Miliar untuk pengerjaan proyek tersebut, yang penggunannya meliputi pembangunan fasilitas pendidikan, pembangunan museum, pemugaran sejumlah candi, penataan lingkungan, dan pengembangan SDM setempat (liputan 6).

Anggaran demikian besar itu disebut-sebut yang terbesar di sepanjang sejarah republik ini yang ditujukan secara khusus pada KCBN Muaro Jambi dalam masa kepemimpinan Presiden Jokowi. Total alokasi anggaran APBN tersebut hampir mendekati total anggaran tahun jamak (multiyears) periode kepemimpinan Gubernur Jambi Al-Haris dan Wakil Gubernur Abdullah Sani di bawah bendera visi-misi Jambi Mantab, yang belum memasukkan KCBN Muaro Jambi sebagai salah satu prioritas pembangunan bidang kebudayaan dan pariwisata, bagian dari upaya mengungkit pertumbuhan ekonomi Jambi, selama periode 2021-2024. Muncul pertanyaan, apa bentuk kongkrit keberpihakan Pemerintah Provinsi Jambi sekaligus Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi untuk pengembangan dan pelestarian KCBN Muaro Jambi tiga tahun terakhir? Bagian ini akan penulis tiliki di lain kesempatan.

Seturut hal itu, penulis berharap revitalisasi KCBN Muaro Jambi oleh Kemendikbudristek berjalan lancar sebagaimana cetak-biru (masterplan) dan dilaksanakan secara transparan serta akuntabel. Jangan sampai APBN yang digelontorkan untuk pengembangan dan pelestarian KCBN Muaro Jambi menjadi bancakan oleh mereka yang terhubung/terkait dengan segala bentuk program dan kegiatan revitalisasi dengan mengatasnamakan dan atau bersembunyi di balik agenda pemajuan kebudayaan.

Situs Candi Teluk I di kawasan bongkar muat batu bara. sumber: detik.com

Kembali ke soal Mbak Nana. Mencermati video liputan bertajuk Menelusuri Peradaban yang Hilang di Muaro Jambi, saya melihat mantan Duta Baca Nasional itu berulangkali menegaskan ketakjubannya pada KCBN Muaro Jambi. Mulai dari gestur tubuh, intonasi suara dan serangkaian pertanyaan Mbak Nana kepada narasumber selama proses liputan, sarat akan keinginannya menggali lebih dalam tentang peradaban gemilang yang pernah ada di Muaro Jambi dalam kurun waktu abad ke 6 hingga 13, bagian penting dari perjalanan Nusantara, tapi hilang di lintasan sejarah.

Penyuka puisi-puisi romantis penyair Sapardi Djoko Damano maupun penyair Joko Pinurbo ini tampak sabar, enjoy dan sesekali menunjukkan mimik muka serius melihat dari jarak dekat temuan-temuan terbaru hasil eskavasi beberapa situs Candi di KCBN Muaro Jambi. Saat yang sama, ia juga tidak menutup-nutupi keheranannya (kalau bukan kegeraman) saat mengetahui beberapa situs Candi berada dekat dengan stockfile batu bara yang jelas mengancam kelestariannya. 

Pada momen-momen itu, saya melihat sosok Najwa Shihab tampil santai dan anggun dengan tetap fokus menggali pelbagai informasi dari narasumber, sebuah kondisi yang sangat berbeda bila kita menyaksikan saat dirinya menjadi presenter dialog Matanajwa bertemakan ekonomi, politik dan hukum, yang kerap kali membuat narasumber keteteran (dan bahkan memancing emosi) saat menjawab pertanyaan yang datang bertubi-tubi darinya secara lugas dan tanpa tedeng aling-aling.

Benar saja, publik tidak bisa mengetahui KCBN Muaro Jambi dengan segala dinamika, problematika dan tantangannya saat ini, jika hanya bersandar pada liputan narasitv lantaran durasinya yang terbatas, lazimnya produk media televisi. Sekalipun begitu, hasil liputannya dapat memperluas segmen masyarakat Indonesia yang ingin mengetahui lebih lanjut sejarah maupun keunikan yang melekat pada kawasan wisata sejarah cagar budaya tersebut, seperti disampaikan Mbak Nana dengan penuh penjiwaan, lengkap dengan gaya retoris, penuh kiasan dan penggunaan rima dalam tuturan kata yang diucapkannya, seperti pamungkasan dari serangkaian proses liputan Menelusuri Hilangnya Peradaban di Muaro Jambi, berikut ini:

Keheningan itu memang betul saya rasakan 

Satu bentuk kenyamanan yang makin langka kita dapatkan.

Ibarat atap untuk berteduh dari kebisingan kota

Dari hiruk pikuk yang memaksa segera

Di sini saya membayangkan, apa saja yang lahir dari keheningan semacam ini dari belasan abad yang lalu

Pemikiran-pemikiran besar yang melintasi ruang dan waktu

Memengaruhi orang-orang di belahan dunia lain, juga membentuk orang-orang di zaman sekarang.

Membentuk kita

Muaro Jambi lebih dari candi biasa

Ini serupa terowongan waktu untuk berpikir ulang tentang Nusantara 

Seperti arkeolog yang terus menggali tanah, mencari artefak di lapisan paling terdalam

Di sini kita juga terus belajar, belajar tentang asal muasal, apa artinya menjadi orang Indonesia

Di Muaro Jambi kita akan terus menggali.

Kanal dan Candi KCBN Muarojambi

Bertolak dari masa keemasan peradaban yang pernah ada di masa lalu, kemudian hilang ditelan zaman, dan muncul upaya sadar untuk menganggitnya kembali melalui kerja revitalisasi yang sedang berlangsung saat ini, di luar urusan kepariwisataan ansikh, timbul pertanyaan, apa makna di tengah semua ini?

Sebagai daerah yang saat ini secara administratif disebut Provinsi Jambi (dalam sejarahnya disebut sebagai Melayu) mulai dari fase Melayu Kuno, Budhis hingga masuknya agama Islam telah terhubung dengan dunia luar. Dan, KCBN Muaro Jambi merupakan bukti nyata peradaban unggul pernah lahir dan tumbuh di sini, di Svarnadvipa.

Merujuk pelbagai literatur sejarah dengan didukung penelitian bidang arkeologi, KCBN Muaro Jambi diyakini menunjukkan jati dirinya sebagai daerah terbuka bagi kedatangan orang luar (asing). Bahkan, tidak sekedar datang, banyak di antara orang dari daerah lain tersebut memilih menetap di Jambi, termasuk menjadi “orang-orang besar” baik dalam sejarah perjalanan panjang Jambi maupun daerah-daerah lainnya yang pernah terhubung dengan Jambi.

Kontak budaya yang telah berlangsung lama antara Jambi dengan dunia luar, sebut saja seperti India, Persia, Cina, Burma, Kamboja, Vietnam, Siam, dan Arab, sejatinya menunjukkan watak Jambi yang kosmopolit. Gayung bersambut, seiring perkembangan zaman, didukung revolusi teknologi dan informasi, kontak budaya tersebut makin terbuka luas dan berkembang pesat hingga sekarang. Dengan demikian, segala macam upaya menganggit kembali kejayaan peradaban di Muaro Jambi dengan tetap berpijak pada sejarah dan budaya yang tumbuh menyertainya, adalah sebuah usaha sadar untuk memastikan kontribusi aktif Provinsi Jambi bagi peradaban global. Semoga.

 

*Kota Jambi, 30 Juni 2024. Tulisan ini terbit pertama kali di portal Pusat Kebudayaan Jambi: https://pusatkebudayaanjambi.or.id/detailOaseEsai/najwa-shihab-dan-peradaban-yang-hilang-di-muarojambi-apa-di-tengah-semua-ini

*Tulisan saya lainnya seputar KCBN Muarojambi dapat dibaca di link berikut ini:

0 Komentar