T. Sardianto naik sepeda dari Jambi ke Jawa (SKH KR, 1984) |
Oleh: Jumardi Putra*
Mei 2019 jagad media nasional ramai oleh pemberitaan
seputar orang Jambi naik motor ke Makkah. Ia adalah Lilik Gunawan bersama
anaknya, Balda, warga Jambi memilih naik motor ke Mekkah pada tahun 2019. Keduanya
berangkat dari Jambi pada Mei 2019 dan tiba di Makkah pada 30 Desember 2019. Itu
artinya, butuh waktu delapan bulan perjalanan untuk sampai ke tanah suci, tentu
disertai singgah di pelbagai tempat sepanjang negara/kota yang dilintasi.
Berselang empat tahun setelahnya, giliran musisi Iif
Ranupane, warga Jambi, yang berhasil mengayuh sepeda dari Jambi mulai dari 1
Desember 2023 hingga benar-benar menginjakkan kaki di tanah suci yang dirindukan segenap umat muslim sedunia yaitu Makkah pada 21
Maret 2024. Tulisan lengkap saya mengisahkan perjalanan Iif Ranupane bisa dibaca di link berikut ini: https://www.jumardiputra.com/2024/03/bersepeda-dari-jambi-ke-mekah-mengenal.html
Perjalanan jarak jauh ketiga sosok di atas, nyatanya juga pernah dilakukan oleh seorang pria bernama T. Sardianto empat puluh satu tahu yang lalu, tepatnya 28 Mei 1984. Ia berangkat dari Jambi dengan menggunakan sepeda untuk berkeliling Jawa-Sumatra. Meski diakui jalannya sudah beraspal, jelas itu pilihan yang cukup berani ketika itu, karena selain harus menghadapi pelbagai tantangan sepanjang perjalanan, juga suasana jalan masih sepi karena dipenuhi hutan rimba.
Selama dalam perjalanan ia mengayuh sepeda mulai dari subuh hingga sore hari, sedangkan malam harinya ia gunakan untuk istirahat dan berinteraksi dengan warga tempatan, utamanya ia kerap menyingahi kantor Kapolsek dan instansi pemerintah daerah. Tak pelak, di setiap tempat yang ia singgahi selalu disertai bukti berupa cap dan tandatangan orang/instansi.
Surat Kabar Harian (SKH) Kedaulatan Rakyat, 15 Juni 1984, pada halaman 2 Kolom 4 mengisahkan perjalanan heroik tersebut. Motivasi di balik
keberanian siswa SMAN 1 Kota Jambi itu berangkat dari Jambi dengan menggunakan sepeda untuk
berkeliling Jawa-Sumatra adalah untuk mengetahui situasi tanah air khususnya di
Jawa dan Sumatra dari dekat.
T. Radianto saat ini. Sumber: facebook pribadi |
Selain itu, ia juga ingin menambah pengalaman dengan menemui pejabat-pejabat di setiap daerah yang disinggahinya. Adapun kesan yang ia dapatkan ketika sampai di Jawa yaitu keadaan persawahan di Jawa berbeda dengan di daerahnya yang sepanjang jarak tempuh melulu hutan rimba. Bahkan, tepat pada tanggal 14 Juni 1984, ia singgah di Yogyakarta. Saat tiba di Yogyakarta, ia berkesempatan singgah di kantor redaksi Kedaulatan Rakyat.
Total jarak yang ditempuh Sardianto sampai di Kota 'Pendidikan" itu sekitar 2000 Km. Sempat dua kali ban bocor dan mendapatkan bekal tambahan uang dari dermawan sebesar Rp.15.000. Dari Bali ia pulang ke Sumatera, sebelumnya menyusur tanah Jawa bagian utara, Semarang-Jakarta hingga Serang.
Bukti Cap dan Tandangan T. Rasdianto. Sumber: Facebook Pribadi |
***
Pemberitaan SKH Kedaulatan Rakyat ini masuk kategori kelokesi Layanan Surat Kabar Langka Terjilid Perpustakaan Nasional RI. Berselang tidak lama direpost oleh Perpustakaan Nasional RI melalui laman facebook pada Kamis, 24 Januari 2025, sosok T. Sardianto ramai dibicarakan nitizen, dan bahkan dirinya sendiri turut merepost peristiwa hampir empat puluh satu tahun itu di beranda facebook pribadinya atas nama @massardy, nama kecil T. Sardianto.
Lantaran penasaran, nitizen pun banyak menanyakan kepadanya hal-ihwal perjalanan bersepeda dari Jambi ke kota-kota di Jawa yang dilaluinya. Menurut pengakuan T. Sardianto, pemberitaan tentang dirinya mengayuh sepeda dari Jambi ke Pulau Jawa tidak saja oleh SKH Kedaulatan Rakyat Jogja, tapi juga Pikiran Rakyat Bandung dan Harian di Kebumen. Bahkan, bukti cap dan tandatangan setiap tempat atau instansi pemerintah daerah yang ia singgahi masih terawat sampai sekarang.
Pria kelahiran 1964 itu kini mukim di Kota Jambi setelah purnatugas pada tahun 2022 di Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Muarojambi.
*Kota Jambi, 24 Januari 2025. Keterangan: T. Sardianto berfoto di depan kantor SKH Kedaulatan Rakyat di Yogyakarta pada 1984.
0 Komentar