Kongkow di Kediaman Novi yang Asri

Kongkow 16 Januari 2025

Oleh: Jumardi Putra*

 

"Perlakukan temanmu seperti kamu memotret, dan tempatkan mereka dalam cahaya terbaik mereka".  - Lady Randolph Churchill.


Sehari lepas, 16 Januari 2025, saya bersama Sugilar menuju rumah Novi, sahabat yang pernah sama-sama bekerja di DPRD Provinsi Jambi. Sedangkan sahabat saya lainnya menyusul belakangan. Genah sohibul bait beralamat di Jambi Kecil (warga setempat menyebut jambi kecik), Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muarojambi. Untuk sampai ke titik lokasi butuh waktu sekitar satu jam dari arah Telanaipura, Kota Jambi. Jarak tempuh bisa kurang dari satu jam bila menggunakan kendaraan roda dua.

Kunjungan ini semacam kongkow usai di antara kami ada yang bekerja di tempat baru dan seabrek aktivitas baru lainnya sehingga kesempatan bertemu tidak sesering saat masih sama-sama beraktivitas di kawasan Telanaipura. Ringkasnya, merawat asa silaturahmi.

Ini kali pertama saya berkunjung ke kediaman Novi, beda halnya dengan Sugilar yang sebelumnya pernah ke sini bertepatan dengan syukuran khitan anaknya. Jadi saya tidak perlu khawatir bakal “takicuh di nan tarang” (maksudnya salah alamat di siang bolong). Meski tetap ditemani GPS sebagai penunjuk jalan, Sugilar masih hafal arah, lorong dan perempatan yang mesti dilewati untuk sampai ke hunian Novi dengan jarak terdekat di antara beberapa alternatif rute yang tersedia. Tersebab fortuner yang dikendarai Sugilar, menjadikan suasana sepanjang jalan serasa off-road ringan. Benar saja, kondisi sepanjang jalan Jambi Kecil, Muarojambi, yang kami tempuh banyak berlobang dan digenangi air, selain tentu saja tidak begitu lebar dibanding jalan Provinsi. Tentu ini menjadi pekerjaan rumah bagi pengambil kebijakan di Kabupaten Muarojambi ke depan.

Jarum jam menunjukkan angka 12.43 WIB. Sesampai di gerbang rumah Novi, suasana teduh sekaligus asri sudah mulai terasa. Serasa balik ke dusun, sesuatu yang jelas berbeda dengan suasana perkotaan yang sumpek dan banyak polusi. Luas rumahnya yang mencapai hampir 8 hektar itu ditumbuhi bermacam-macam batang pohon, seperti durian, duku, bambu, rambutan dan jenis tumbuhan rakyat lainnya. Begitu juga terlihat bunga-bunga berwarna kuning di bibir kanan-kiri jalan mulai dari pintu pagar kedua sampai posisi garasi.

Sembari menunggu sahabat lainnya seperti Fit Arzuna, Novita Sari, Diah, Musnaini, Arfai, Billi Saputra, dan Hendri, saya memilih menyusuri kawasan asri yang dihuni Novi bersama keluarga kecilnya. Novi ini adalah istri dari Junadi H. Mahir, adik dari Burhanuddin Mahir, Bupati Kabupaten Muarojambi dua periode 2006-2011 dan 2011-2016. Masih banyak lagi teman-teman lainnya yang diundang, walakin mereka belum bisa ikut nimbrung lantaran kesibukan masing-masing di waktu bersamaan. 

Semua kawan sudah sampai di rumah Novi. Shalat zuhur sudah pula ditunaikan. Tiba waktunya makan-makan, sebagaimana tajuk undangan. Novi ditemani pembantu di rumahnya sudah menyediakan santap siang Jasun di salah satu pendopo di kawasan rumahnya, begitu ia menyebutkan. 

“Apa itu Jasun,” tanya saya. 

“Jambi Sunda,” balasnya. 

Maklum, Novi ini adalah perempuan kelahiran dataran Sunda, Jawa Barat. Terhidang menu makan seperti tempoyak ikan baung, ikan toman goreng, nila bakar, ayam bakar, tempe goreng, iris-irisan timun, sambai cabai, petai dan masih banyak menu lainnya lagi. Bahkan, juga disiapkan menu pelengkap seperti empek-empek, rambutan rapiah dan sekeranjang berukuran sedang berisikan durian kampung.

Semua lahap. Semua kenyang. Semua bahagia. Silaturahmi terjaga. Percakapan di antara kami lebih banyak bersifat nostalgik. Tidak ada tema khusus alias mengalir begitu saja, sembari menikmati hidangan Jasun, manisnya rambutan rapiah (berwarna kuning dan tidak memiliki rambut tebal) serta markotopnya durian kampung, meski (katanya) belumlah sedahsyat durian musang king yang populer dan mahal itu. 

Sesekali obrolan di antara kami menyinggung dinamika politik daerah belum lama ini berlangsung serentak secara nasional, tetapi itu tidak lantas menodai ranah kultural persekawanan sehingga melampaui urusan-urusan elektoral dan preferensi politik masing-masing. Apatahlagi umumnya sahabat saya yang hadir adalah pengajar di salah satu perguruan tinggi di Jambi. Dengan demikian, nalar politik sehat harus terus dirawat.

Tersebab masih ada pekerjaan di Kota Jambi lagi, saya dan Sugilar pamit lebih dahulu dibanding teman-teman lainnya. Terima kasih Novi atas jamuan dan kebaikannya. Semoga semua sahabat, baik yang hadir atau berhalangan datang, sehat dan sukses di tempat kerja masing-masing. “Hidup ini singkat, maka berartilah!” begitu pesan para bijak bestari. 

Salam jabat erat.

 

*Kota Jambi, Kamis, 17 Januari 2025.

0 Komentar