Asa di Jalan Kaliurang Km 12 Jogja

Toko buku Akik. Sumber: instagrambukuakik


Oleh: Jumardi Putra*


Jogja bukan cuma mengundang hasrat wisata kuliner atau mengunjungi pantai-pantai cantik, tapi juga selalu menumbuhkan semangat membaca. – Najwa Shihab.

 

Segendang sepenarian, usai berburu buku di Shoping Center-salah satu pusat buku di kota Yogyakarta-bersebelahan dengan Taman Pintar, saya bersama Ade Saputra berangkat menuju Jalan Kaliurang Km 12 menggunakan motor yang sengaja kami sewa sejak sehari sebelumnya (26/2). Moda transportasi roda dua itu menjadi pilihan tepat agar kami leluasa menyusuri tempat-tempat menarik selama di kota gudeg ini.

Jarum jam menunjukkan angka 11.45 WIB. Suhu panas siang itu menyengat kulit. Dari arah Jalan Panembahan Senopati No.1-3, Ngupasan, Kec. Gondomanan, kami bergegas ke arah jalan Kaliurang melewati kampus UGM, UNY dan Toko Buku Toga Mas. Meski tersedia alternatif rute lainnya, melewati jalur kampus-kampus kenamaan itu sengaja kupilih untuk merajut kembali masa lalu saya dengan tempat-tempat penuh kenangan semasa mukim di Jogja 22 tahun lalu.

Langit Jogja makin terik, tak mengapa. Gas terus.

Saya menyaksikan Jogja telah berubah drastis. Polusi, kemacetan dan berkurangnya ruang terbuka hijau adalah problem mutakhir di kota ini. Salah satu yang menonjol pada beberapa ruas jalan utama yang saya lihat yaitu berubahnya pola usaha dari skala mikro dan kecil menjadi usaha menengah dan besar. Misalnya, di sepanjang Jalan Kaliurang bawah atau ruas yang berada di dalam ring road. Dahulu sekitar 2004an, saya masih menjumpai banyak warung-warung kecil maupun toko penjaja makanan dan barang kebutuhan sehari-hari lainnya. Selain itu, masih banyak juga tempat usaha seperti persewaan komputer, warnet, fotocopy dan sebagainya.

Kini, karakteristik usaha tersebut telah berubah menjadi lokasi bagi usaha-usaha besar, misalnya bisnis hotel, apartemen dan toko berjejaring-dengan segala ekses yang ditimbulkannya. Kalau pun tempat tersebut berupa tempat makan, maka wujud bangunannya memerlukan modal besar untuk pengadaannya. Sekalipun di sela-sela tempat usaha semacam itu, masih saya temui warung makan lesehan. Walakin jenis usaha tersebut biasanya tidak memiliki tempat yang menetap sehingga menyewa kepada pihak lain.

Perubahan pola usaha tersebut sepertinya masih akan terus terjadi, bebarengan dengan bangunan-bangunan lama berganti dengan lahan yang siap bangun. Situasi di Jogja sekarang ini pasti ada plus-minusnya, sangat bergantung dengan kemampuan pemerintah Provinsi DIY mengelola perubahan tersebut-dengan segala ekses yang ditimbulkannya.

***

Ketimbang mengutuk kemacetan di jalan siang itu, saya memilih fokus mengendarai motor supaya lekas sampai di lokasi tujuan yaitu toko buku Akik-sebuah toko buku independen yang kini menjadi salah satu destinasi wisata buku di Jogja. Bagi para bibliografi (pecinta buku) tanah air, toko buku Akik tidak asing lagi.

Toko Buku Akik. Sumber: Belva Shanna

Beberapa pesohor, penulis, dan tokoh publik juga telah berkunjung ke Toko Buku Akik kala sedang berada di Yogyakarta. Beberapa tokoh publik yang pernah mengunjungi Buku Akik ini di antaranya Najwa Shihab, Eka Kurniawan, Pidi Baiq, Henry Manampiring, Fahruddin Faiz, Ratih Kumala, Putut EA, dan Bio One. Saya sendiri pertama kali mengenal toko buku ini usai menyaksikan video kunjungan Najwa Shihab ke toko buku ini.

Kami sampai di toko buku milik Tomi Wibisono ini sekira pukul 12.43 WIB. Tidak panjang kalam, kami pun segera masuk ke dalam toko ini yang terletak di lantai satu sebuah rumah dengan dinding luar bata ekspos. Barulah terasa suasana adem setelah sebelumnya kami merasakan sengatan matahari di sepanjang jalan Kaliurang.

Benar saja, toko buku dengan nuansa homey ini menyajikan beragam koleksi buku, umumnya bertitimangsa pada soal sastra, seni, politik, sejarah dan budaya. Selain menjual buku, toko buku Akik juga merangkap sebagai perpustakaan. Saya suka desain interior ruangannya bergaya lawas, interior kursi vintage, ditambah dengan cahaya remang lampu-lampu. Menariknya lagi terdapat pojok ruangan di toko buku ini memuat khusus karya sastrawan besar Pramoedya Ananta Toer mulai dari versi terbitan Hasta Mitra dan penerbit lainnya.

Penulis di toko buku Akik Jogja

Toko buku ini menawarkan pengalaman lebih beragam kepada pengunjung, beda halnya dengan kebanyakan toko buku konvensional yang pernah saya kunjungi di beberapa daerah di tanah air. Toko buku ini juga mengoleksi mesin tik yang bisa dipakai para pengunjung yang datang, dan karena itu pula menambah sentuhan antik dari toko ini. Tidak hanya itu, toko ini juga menjual merchandise seperti kaos, tote bag, hingga pin enamel dengan desain unik yang banyak berkaitan dengan dunia seni dan sastra.

Sebagaimana Ade, saya juga mencermati buku-buku yang terpajang di rak-rak di toko buku ini. Selain kami berdua, juga hadir pengunjung lainnya. Bahkan, ada seorang mahasiswi dari salah satu kampus swasta di Jakarta yang sengaja datang ke toko buku Akik, selain menikmati libur kuliah selama di Jogja. Di tengah maraknya toko buku daring, kehadiran toko buku akik sejak tahun 2015 sampai sekarang menunjukkan keistimewaannya.

Tidak terasa hampir dua jam kami di toko buku beralamat di jalan Kaliurang Km 12, Gang Besi Raja Nomor 60 D, Candi Karang, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, ini. Kami pun melanjutkan rute perjalanan berikutnya. Tidak jauh setelah meninggalkan toko buku ini, saya teringat salah satu quote berbunyi "Home is wherever i'm with books".

 

*Kota Jambi, 7 Maret 2025.

*Tulisan di atas merupakan bagian kedua dari tulisan pertama saya sebelum ini. Sila baca di sini: Ada Sesuatu di (dalam) Jogja

0 Komentar